Tokoh Muslim Inggris Minta Scotland Yard Direformasi Total

Aksi penggerebekan yang dilakukan London Metropolitan Police selama empat empat hari di London timur dan penangkapan dua warga Muslim yang diduga terkait aksi terorisme, memicu desakan agar kepolisian Scotland Yard direformasi.

Murad Qureshi anggota dewan dari partai Buruh yang juga anggota Metropolitan Police Authority (MPA) yang melakukan supervisi terhadap aparat kepolisian London, adalah satu seorang yang mendesak agar kepolisian Scotland Yard direformasi total.

"Dengan sangat menyesal, saya berpikir sudah ada sejumlah kesalahan yang harus menjadi pelajaran aparat kepolisian Metropolitan," kata Qureshi pada BBC News Online, Sabtu (10/6).

"Mereka menutup-nutupi segala hal yang mereka dapatkan dari intelejen dan bagaimana mereka membenarkan informasi itu…. lewat perlakukan terhadap para tersangka, khususnya dalam kasus ini, bagaimana kita melihat sendiri salah seorang dari dua bersaudara yang tertembak," sambung Qureshi.

Seperti diberitakan sebelumnya, lebih dari 250 aparat kepolisian dari London Metropolitan Police melakukan penggerebekan ke dua rumah warga Muslim di London Timur.

Mereka melakukan penggerebekan dengan setelah mendapat informasi ada perangkat yang mengandung sianida, yang dibuat dan siap digunakan untuk melakukan aksi terorisme.

Dalam penyerbuan itu, polisi menahan dua bersaudara Muhammad Abdul Kahar dan Abul Koyair yang mereka curigai. Dalam aksi tersebut, Kahar tertembak dibagian dada. Namun setelah beberapa hari ditahan, polisi membebaskan dua bersaudara itu karena tidak terbukti keduanya merencanakan aksi terorisme.

Polisi Harus Akui Kesalahannya

Meski salah tangkap, aparat kepolisian belum menyampaikan pernyataan maafnya. Terkait hal ini, Inayat Bunglawala dari Muslim Council of Britain mendesak polisi untuk mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan.

"Pengakuan bahwa mereka telah melakukan kesalahan sangat berarti terutama setelah kerusakan yang ditimbulkan," katanya pada Reuters.

Bunglawala membandingkan apa yang terjadi pada warga Muslim dengan kondisi ketika memuncaknya kampanye pemboman yang dilakukan IRA pada era 1970-an. Pada saat itu, aparat kepolisian Inggris, menurut Bunglawala, sama sekali tidak melakukan penggerebekan ke rumah-rumah warga Irlandia.

Bunglawala menyatakan, pengakuan polisi bahwa mereka sudah melakukan kesalahan, bisa mencegah kelompok ekstrim yang ingin memanfaatkan peristiwa ini untuk melakukan balas dendam.

Aksi penggerebekan dan penangkapan terhadap warga Muslim di London timur, menurut laporan surat kabar The Independent, memicu kemarahan warga Muslim, bahkan beberapa di antara mereka ada yang merasa sudah tidak aman dan ingin meninggalkan Inggris.

Sejumlah anggota parlemen Inggris juga mengecam dan menilai tindakan polisi bisa merusak hubungan pemerintah dengan sekitar 1,8 juta warga Muslim di negeri itu.

Warga Muslim juga melakukan aksi unjuk rasa di depan markas besar Scotland Yard di London, Minggu (11/6).

Pernyataan bersama warga Muslim dengan Muslim Association of Britain dan Islamic Human Right Commision menegaskan,"Dengan makin intesifnya ‘penggerebekan terkait masalah terorisme’ di seluruh negeri serta peran media yang seolah mengadili dengan memuat berita-berita yang sensional, masyarakat kini sedang diserang dan harus menunjukkan persatuannya." (ln/iol)