Mesir bisa terjerumus ke dalam skenario seperti Aljazait yaitu terjadinya kekerasan berdarah setelah dewan militer yang berkuasa melaksanakan perintah pengadilan untuk membubarkan parlemen terpilih negara itu, para pemimpin Islam Aljazair memperingatkan pada hari Minggu kemarin (17/6).
Aljazair mengalami perang sipil selama satu dekade yang menyaksikan kekerasan berdarah ketika militer melakukan intervensi pada tahun 1992 untuk menggeser Presiden Chadli Bendjedid dan membatalkan putaran kedua pemilihan setelah Front Keselamatan Islam (FIS) memenangkan pemilu putaran pertama.
Mantan pendiri FIS el-Hachemi Sahnouni menjelaskan peristiwa di Mesir dalam beberapa hari terakhir ini sebagai kudeta eksplisit yang bertentangan dengan keinginan rakyat, dan hanya akan membawa kejahatan, terlepas dari apa yang dewan militer katakan.
Sahnouni kepada Al Arabiya menegaskan bahwa ia khawatir bahwa negara Arab terbesar tersebut mungkin akan terjun ke aksi kekerasan serupa dengan apa yang terjadi di Aljazair.
“Jika ini terjadi, itu akan menjadi bencana tidak hanya untuk Mesir tapi untuk semua negara Arab.”
Sahnouni menambahkan bahwa pembubaran parlemen Mesir yang didominasi kubu Islam mirip dengan apa yang terjadi di Aljazair pada tahun 1991.
Abdallah Djaballah, pendiri Front Keadilan dan Pembangunan, sementara itu mengatakan bahwa militer Mesir menerima instruksi dari “luar” untuk menghentikan Islam dari mengambil kekuasaan.
“Pembubaran Majelis Rakyat Mesir dengan jelas menunjukkan adanya kemauan yang kuat di dalam dewan militer dan antar individu berpengaruh, dengan instruksi dari asing, untuk menghentikan Ikhwanul Muslimin, khususnya, dan revolusi Mesir, pada umumnya.”
Namun Abu Jarra Sultani, pemimpin Gerakan Aljazair untuk Masyarakat Damai, mengesampingkan kemungkinan konfrontasi bersenjata antara Ikhwan Mesir dan militer yang berkuasa.
“Selama lebih dari 70 tahun, Ikhwan adalah korban kekerasan dan saya tidak berpikir mereka akan menggunakan kekerasan. Pertempuran akan lebnih kepada tindak politik,” kata pemimpin Ikhwan Aljazair Sultani.
Sebelum mengumumkan akan maju dalam pemilihan presiden, gerakan Ikhwanul Muslim Mesir memperingatkan pada Maret 2012 bahwa negara itu bisa mengalami skenario seperti Aljazair jika “kekuatan lain” mencoba menghalangi tren Islam.
“Jika tren Islam mencoba untuk menjadi dominan dalam posisi otoritas, kita bisa menghadapi masalah besar,” kata Muhammad el-Beltagi, salah seorang petinggi Ikhwan kepada media Mesir.
“Jika kekuatan lain berusaha untuk memblokir atau menyensor tren Islam kita akan menghadapi masalah yang lebih besar,” tambahnya.(fq/aby)