Setelah melewati masa kekosongan ketua parlemen Irak sejak turunnya Mahmud al-Mashhadani, Mantan Ketua Parlemen Irak pada 23 Desember tahun lalu. Ahad (19/4) kemarin Iyad al-Samarrai terpilih sebagai Ketua Parlemen Irak yang baru, berdasarkan perolehan suara mayoritas anggota dewan di parlemen.
Iyad al-Samarrai sendiri menjabat sebagai Wakil Sekjen dari Partai Islam Irak, yang merupakan interpretasi dari Muslim Sunni di pemerintahan Irak, yang juga perpanjangantangan dari Ikhwanul Muslimin di Irak.
Berdasarkan informasi yang disampaikan pihak parlemen, bahwa Iyad al-Samarrai berhasil meraup 153 suara, bersaing dengan kandidat lainnya, Musthofa Al Hiyti dari Front Kerukunan Nasional yang hanya mendapatkan 34 suara. Dalam pemilihan ini juga didapati kertas suara kosong sebanyak 45 buah. Dengan jumlah keseluruhan anggota parlemen sebanyak 275 orang.
Dalam wawancara setelah kemenangan dirinya, Samarrai mengatakan, "Saat ini parlemen membutuhkan banyak perbaikan", ia kemudian menyinggung upaya yang akan ia lakukan dalam waktu dekat dengan melakukan komunikasi aktif bersama faksi-faksi yang ada di parlemen, untuk melakukan perbaikan terhadap undang-undang dan memperketat pengawalan jalannya pemerintahan.
Setahun sebelumnya, Ketua Parlemen Irak, Mahmud al-Mashhadani mengundurkan diri dari jabatannya pada Desember 2008 lalu, setelah dirinya melakukan penghinaan terhadap beberapa anggota parlemen terkait kasus pelemparan sepatu oleh seorang wartawan Irak ke arah mantan presiden AS George W. Bush.
Sejak saat itu Irak tak memiliki ketua parlemen, yang dalam sistem perpolitikan di negeri terjajah itu, Muslim Sunni diberikan hak untuk mengajukan wakilnya untuk mengepalai parlemen. Berulang kali pemilihan diselenggarakan, dan selalu gagal karena belum memenuhi sarat sah pemilihan. Yaitu dengan perolehan suara mayoritas, minimal setengah dari jumlah suara anggota parlemen plus satu. Dan baru di pertengahan bulan April ini perolehan suara itu dapat dicapai. Samarrai selaku ketua terpilih akan menyelesaikan sisa masa jabatan dari ketua sebelumnya , yang akan berakhir di penghujung tahun 2009 ini.
Samarrai sendiri dikenal sebagai orang yang paling tajam dalam memberi kritikan kepada pemerintah Irak, yang hingga kini didominasi oleh Arab Syiah dengan Presidennya Nuril Maliki. Namun setelah menang dalam pemilihan ketua parlemen Ahad (19/4) kemarin, ia mencoba untuk meluruskan bahwa dirinya dan partai Islam yang ia pimpin tidak sedikitpun memiliki agenda terselubung untuk menyerang pemerintah Nuril Maliki. "Adapun kritikan yang selama ini diberikan tidak lain untuk perbaikan terhadap kinerja pemerintah Irak yang tengah berjalan" tegas Samarrai.
Iyad al-Samarrai dilahirkan pada tahun 1946 dan menyelesaikan program strata satunya di fakultas Tehnik Univ. Baghdad pada tahun 1970. Sebelumnya di tahun 1962, ia menjadi bagian dari organisai Ikhwanul Muslimin di Irak. Kemudian pada tahun 80-an Samarrai keluar dari Irak karena khawatir adanya upaya penangkapan dan pembunuhan terhadap dirinya terkait aktivitas politik yang saat itu ia lakukan.
Di tahun 1991 ia turut ambil bagian dalam mendirikan Partai Islam dan sempat menjabat sebagai Ketua Umum pada tahun 2002. Samarrai sempat pula berdomisili di Jordania, Emirat Arab dan juga Inggris. Ia baru kembali lagi ke Irak pasca jatuhnya Saddam Husein pada tahun 2003 silam. (iol/alj/sn)