Sebuah seruan damai dikeluarkan oleh tokoh aksi bersenjata di Aljazair, dia adalah Hasan Hathab, pendiri Jama’ah Salafiyah li Da’wah wal Qital – sebuah organisasi dakwah salaf yang memimpin serangan senjata – di Aljazair. Ia menyerukan agar para anggotanya menurunkan senjata dan menghentikan upaya yang menjadikan Aljazair menjadi “Irak jilid dua”.
Kelompok yang pada September 2006 menamakan diri sebagai “Jaringan Al-Qaidah di Aljazair” ini sebelumnya menyatakan diri bertanggung jawab atas rangkaian peledakan yang mengguncang ibukota Aljazair pada hari Rabu pecan lalu hingga menewaskan 33 orang dan melukai lebih dari 200 orang.
Seruan Hathab sendiri sebenarnya disampaikan kepada Presiden Aljazair Abdel Aziz Botefliqa dan dilansir pada harian Asy-Syuruq. Menurut Hathab, bahwa kelomopok yang mengklaim bertanggung jawab atas peledakan itu hádala sekelompok orang kecil yang ingin menjadikan Aljazair sebagai Irak jilid dua. Hathab yang juga dikenal sebagai Abu Hamzah mengatakan, “Saya meminta kepada para aktifis untuk menahan diri dan menghentikan aksi mereka kemudian berupaya melakukan rekonsiliasi nasional yang sebenarnya. ”
Tanpa merincikan detailnya, Hathab mengungkapkan, “Kami meminta pada Presiden untuk kembali membuka agenda rekonsiliasi nasional yang baru, melakukan evaluasi terhadap berbagai masalah yang ada, dan memberi waktu. Saya bisa saja mengarahkan pukulan mematikan kepada semua anasir buruk yang ingin mengembalikan Aljazair pada masa lalunya yang penuh penderitaan. ”
Hathab masih memiliki banyak pendukung di kalangan kelompok bersenjata, meskipun saat ini organisasi salafiyah wal qital tidak lagi berada di bawah kepemimpinannya, melainkan kepada seseorang bernama Abdul Malik Darodakal yang juga dikenal dengan nama Abu Mushab Abdul Wadud.
Menurut kantor berita Reuters, Darodakal menolak permintaan maaf pemerintah Aljazair, sementara Hathab secara pribadi telah menerimanya secara resmi. Jama’ah salafiyah lid Dakwah wal Qital dibentuk tahun 1998 saat Hathab keluar dari Jamaah Islamiyah Musallahah (Kelompok Islam Bersenjata). Hathab menolak pembunuhan yang dilakukan terhadap rakyat sipil. Ketika itu, Hathab mengatakan, “Jamaah Salafiyah akan memfokuskan serangannya hanya pada polisi dan militer Aljazair. ”
Seperti diberitakan, terjadi dua ledakan bom mobil yang mengguncang Ibukota Algiers Rabu (11/4). Departemen Pertahanan Sipil Aljazair menyebutkan sedikitnya 24 orang meninggal dunia dan 222 lainnya cedera dalam dua ledakan tersebut. Sebelumnya jumlah korban meninggal disebutkan mencapai 30 orang. Polisi mengatakan ledakan pertama yang menargetkan kantor pemerintah, termasuk sejumlah kementrian.
Beberapa menit kemudian ledakan kedua terjadi di sebuah pos polisi di Bab Ezzouar, sebuah kawasan di bagian timur Algiers. Tercatat 12 orang meninggal dunia dan 87 lainnya cedera. Polisi mengatakan kedua ledakan ini menggunakan kendaraan roda empat. Dalam situs yang kerap digunakan kelompok Jama’ah Salafiyah lid Dakwah wal Qital dinyatakan kedua bom mobil di Algiers itu menewaskan sedikitnya 53 orang.(na-str/iol)