Kita pasti miris mendengar berita ini. Umat "Iqra" (bacalah) sebagai firman Allah swt pertama yang turun kepada Rasulullah saw, ternyata justru mendapat tantangan besar terkait masyarakat yang tidak bisa baca tulis di antara mereka.
Lembaga Arab yang bergerak di bidang Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan menyebutkan jumlah masyarakat Arab yang buta aksara melebihi 70 juta orang. Jumlah itu merupakan hasil penelitian antara tahun 2005 hingga 2006. Angka penelitian ini juga yang digunakan sebagai bagian dari laporan yang diajukan dewan eksekutif Saudi Arabia beberapa waktu lalu.
Menurut laporan tersebut, jumlah yang demikian besar itu sama dengan separuh dari komunitas buta aksara dunia secara keseluruhan. Dan dari total para buta aksara itu, separuhnya adalah kaum perempuan.
Mesir, disebut menempati peringkat pertama paling banyak yang masyarakatnya masih mengalami ketidakmampuan menulis dan membaca. Jumlah kalangan ‘ummiyyun’ (tak dapat baca tulis), menurut laporan tersebut mencapai 17 juta orang. Setelah Mesir, menyusul Aljazair, Maroko dan Yaman. Dari keseluruhan data itu, kalangan perempuan masih mendominasi jumlah buta aksara di banyak negara Arab.
Untuk mengatasi hal itu, saat ini dibentuklah Jaringan Arab untuk Menghapus Buta Baca Tulis. Menurut para aktivis lembaga itu, ada 10 juta anak Arab yang tidak mengikuti pendidikan formal di sekolah sekolah. Selain itu, menurut mereka, meski di sebagian negara, pemerintah mendapat dukungan penuh dalam politik dan menang dalam berbagai event pemilu lalu melakukan revisi undang-undang, ternyata pemerintah negara Arab masih kurang memiliki kepedulian terhadap problematika buta aksara ini.
“Kami di sini menyaksikan bagaimana kemiskinan, kebodohan, penyakit, keterbelakangan, kesenjangan sosial masih sangat besar di masyarakat, ” demikian tulis mereka dalam laporannya.
Selain itu, disebutkan pula adanya pengabaian penguasa untuk merangkul anak anak jalanan atau buruh anak-anak yang menyebar dalam jumlah yang tidak kecil di negara semisal Mesir dan Maroko. “Ini menjadi masalah serius dalam bangunan sosial masyarakat serta klasifikasi tingkatan sosial yang semakin tinggi antara si miskin dan si kaya di semua masyarakat, ” tulis mereka. Padahal sejak tahun 60-an, berbagai penguasa negara Arab telah berjanji bahwa dalam waktu sepuluh tahun ke depan takkan ada lagi pertambahan jumlah buta aksara di wilayah mereka.
Laporan ini juga menyebutkan hasil penelitian itu bahwa negara Arab menempati posisi paling memprihatinkan dari kondisi masyarakat buta aksara. Disusul oleh Afrika setelahnya. Di Afrika, jumlah kaum ummiyyun yang tak bisa baca tulis mencapai 40% dari total populasinya pada tahun 2000, lalu menurun menjadi sekitar 35% pada tahun 2006. (na-str/akhbrn)