Tim penyelidik Prancis yang melakukan investigasi kematian mantan pemimpin Palestina, Yasser Arafat, dijadwalkan tiba di Ramallah, Tepi Barat, pada 26 November untuk menggali makamnya.
Tim akan diperkuat oleh sejumlah ahli dari Institut Radiasi Fisika, Universitas Lausanne, Swiss. Para ahli Swiss adalah orang-orang yang menemukan polonium radioaktif tingkat tinggi di barang-barang Arafat.
“Untuk menggali jenazah Arafat dan mengambil spesimen untuk keperluan analisis mungkin akan memerlukan waktu beberapa minggu atau satu bulan,” kata seorang sumber Palestina seperti dikutip kantor berita AFP.
Sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu menambahkan bahwa Otoritas Palestina akan menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk mengetahui penyebab pasti kematian Yasser Arafat.
Proses penyelidikan pembunuhan yang dilakukan di Prancis sekarang masih pada tahap awal dan keputusan akan diambil untuk dilanjutkan atau dihentikan berdasarkan bukti-bukti yang didapat.
Sejumlah pakar Swiss mengatakan kadar polonium yang ditemukan di barang-barang pribadi Arafat adalah 10 kali lebih tinggi dibanding kadar pembanding, dan tidak mungkin berasal dari sumber-sumber alamiah.
Polonium adalah bahan yang sangat beracun dan jarang ditemukan di luar lingkungan militer dan ilmu pengetahuan.
Penyelidik telah menanyai janda Arafat, Suha, yang mengklaim bahwa pemimpin veteran Palestina itu mungkin diracuni. Suha, yang tinggal di Malta, sudah bertemu dengan tim penyelidik di Nanterre, pinggiran kota Paris.
Di Nanterre keluarga Arafat menempuh langkah hukum menyusul berbagai laporan tentang dugaan bahwa Arafat mungkin diracuni.
Mantan pemimpin Palestina meninggal dunia di rumah sakit militer tidak jauh dari kota Paris, Prancis, pada November 2004. Berdasarkan catatan medis, Arafat mengalami stroke akibat kelainan darah.
Tetapi banyak warga Palestina percaya pada teori bahwa Arafat diracuni oleh Israel.(fq/bbc)