Tim investigasi PBB yang menyelidiki kasus terbunuhnya mantan Perdana Menteri Libanon, Rafik Hariri, menemukan sejumlah fakta baru yang kemungkinan akan menguak siapa pelaku pembunuhan Hariri. Tim PBB juga meyakini bahwa pelakunya melakukan bom bunuh diri untuk membunuh Hariri.
Pelaku bom bunuh diri menurut hasil investigasi tim PBB, dipastikan berjenis kelamin laki-laki, usia antara 20-25 tahun, dan bukan orang Libanon. Si pelaku meledakkan dirinya dengan bahan peledak berdetonator seberat 800 kg yang ia bawa dalam sebuah minibus. Si pelaku tewas bersama 22 orang lainnya yang menjadi korban dalam peristiwa itu.
"Komisi sudah mengindentifikasi beberapa hal baru yang mengarah pada penyelidikan terkait dengan lokasi kejadian, area di sekitar lokasi ledakan dan pelaku kejahatan," demikian bunyi laporan tim PBB.
Anggota tim penyelidik mengatakan, mereka telah menemukan 32 potongan tubuh dari laki-laki yang diyakini melakukan bom bunuh diri saat konvoi rombongan Hariri yang sedang menuju Beirut lewat pada bulan Februari 2005.
Bukti yang ditemukan di lokasi kejadian antara lain sebuah gigi yang dipekirakan gigi pelaku ledakan. Pada gigi itu terdapat ‘tanda yang berbeda’ yang menunjukkan kemungkinan bahwa pemiliknya bukan orang Libanon.
Negara Suriah yang dituding terlibat dalam pembunuhan Hariri, menurut tim penyelidik PBB cukup kooperatif dalam pelaksanaan penyelidikan.
Kepala tim penyelidik pertama asal Jerman, Detlev Mehlis mengatakan, kasus pembunuhan Hariri cukup rumit karena ada dugaan pihak intelejen Libanon dan Suriah terlibat.
Dalam laporan sebelumnya, Mehlis menyebut-nyebut keterlibatan Brigadir Jenderal Assaf Shawkat, kepala intelejen militer Suriah dan saudara ipar presiden Suriah.
Semasa hidupnya, Hariri dikenal vokal menentang dominasi Suriah di Libanon yang sudah berlangsung hampir tiga dekade. Terbunuhnya Hariri memicu kecaman dunia dan desakan agar Suriah menarik pasukannya dari Libanon. (ln/alj/pic-bbc)