Tim Kwartet yang beranggotakan Uni Eropa, PBB, Rusia dan AS menggelar pertemuan di Yerusalem untuk membahas situasi terakhir di Palestina dan rencana penunjukkan Tony Blair-perdana menteri Inggris demisioner-sebagai utusan khusus tim tersebut.
Sejumlah diplomat yang enggan disebut namanya dengan alasan sensitifnya pertemuan tersebut mengungkapkan, AS dan PBB sudah setuju penunjukkan Blair kecuali Rusia dan Uni Eropa yang menyatakan keberatan.
Selain itu sejumlah pemimpin negara-negara Arab yang bertetangga dengan Israel dan Palestina, menurut sumber tadi, juga mendukung penunjukkan Blair sebagai utusan khusus tim kwartet.
Sebelumnya, Presiden AS George W. Bush dan PM Israel Ehud Olmert sudah menyatakan dukungannya terhadap Blair, yang dianggap bisa memainkan peran penting dalam mengatasi krisis antara Palestina-Israel. Sejauh ini, pihak Blair belum memberikan komentar resmi atas rencana itu.
Surat kabar terbitan Inggris The Financial Times melaporkan bahwa kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Javier Solana menolak penunjukkan Blair sebagai utusan khusus tim kwartet dengan alasan penunjukkan itu akan mengalihkan perhatian dunia terhadap upaya Uni Eropa dalam mengatasi krisis di Palestina.
Keberatan juga dilontarkan oleh Gordon Brown yang akan menggantikan Blair sebagai perdana menteri Inggris. Menurutnya penunjukkan Blair akan mengganggu rencananya memberikan insentif ekonomi dalam upaya rekonsiliasi antara Israel dan Palestina.
Jika Blair jadi terpilih, tugasnya adalah memperkuat sistem politik dan ekonomi Palestina beserta institusi-institusinya, sampai akhirnya berdiri negara Palestina yang independen.
Tim kwartet yang selama ini menjadi mediator penyelesaikan konflik Palestina-Israel meminta Hamas untuk menghentikan kekerasan, mengakui eksistensi Israel dan menghormati kesepakatan damai yang sudah ada. Namun seruan itu ditolak Hamas. (ln/bbc/AP)