Tim Kajian AS: Pemerintah Harus Segera Perbaiki Hubungan dengan Dunia Islam

Sebuah tim yang beranggotakan 34 tokoh di AS merekomendasikan pemerintahnya untuk memperbaiki hubungan dengan dunia Islam, karena kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah AS selama ini telah memicu sentimen anti-AS di negara-negara Muslim.

Rekomendasi itu adalah hasil dari kajian yang dilakukan selama satu setengah tahun lebih oleh tim yang beranggotakan pimpinan dari kalangan agamawan, pebisnis, militer, penentu kebijakan luar negeri dan akademisi AS. Mereka mengkaji apa penyebab memburuknya hubungan AS dan dunia Islam dibawah kepemimpinan Presiden George W. Bush.

Tim tersebut menyampaikan sejumlah langkah yang harus dilakukan AS untuk memperbaiki hubungannya dengan dunia Islam, dalam laporan bertajuk "Changing Course: A New Direction for US Relations with the Muslim World."

Salah satu anggota tim, mantan anggota Kongres dari Partai Republik Vin Weber mengatakan,  waktunya sudah sangat mendesak bagi AS untuk memperbaiki hubungannya dengan dunia Islam. "Pemerintahan Presiden Bush dianggap rendah di dunia Islam, sehingga negara AS juga dipandang rendah," kata Vin Weber dalam wawancara dengan The New York Times.

Hal serupa diungkapkan oleh anggota tim lainnya, mantan deputi menteri luar negeri Richard Armitage. Ia menyatakan, AS harus melakukan perubahan besar dalam hubungannya dengan negara-negara Muslim. AS harus lebih mengedepankan diplomasi dan menunjukkan sikap yang bisa membantu perkembangan demokrasi.

Selain itu, AS juga direkomendasikan untuk lebih banyak menanamkan investasinya sehingga membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas di negara-negara Muslim dan berkomitmen untuk tidak menggunakan kekerasan politik maupun ekonomi dalam menangani masalah ekstrimisme. Pemerintah AS juga diminta untuk lebih mengangkat wacana tentan pemerintahan yang bersih dan sehat, terutama di negara-negara otoriter seperti Arab Saudi dan Mesir.

Selain Weber dan Armitage, tokoh-tokoh AS yang terlibat dalam tim kajian itu antara lain mantan menteri luar negeri  Madeleine K. Albright, mantan utusan AS di Timur Tengah Dennis Ross, mantan anggota Kongres dari Partai Republik Steve Bartlett dan Thomas Dine mantan direktur eksekutif  American Israel Public Affairs Committee serta sejumlah tokoh dari organisasi Muslim Amerika antara lain Ketua Islamic Society of North America (ISNA),  Ingrid Mattson.

Terkait hubungan AS dan dunia Islam, Direktur Eksekutif Gallup Center for Muslim Studies Dalia Mogahed mengatakan, mayoritas Muslim dunia mengakui bahwa mereka mengagumi nilai-nilai demokrasi di negara AS. "Tapi ada gap antara nilai-nilai yang mereka kagumi dengan perilaku AS terhadap Muslim," kata Mogahed.

Ia mencontohkan kebijakan AS melakukan invasi ke Irak, kasus penyiksaan tahanan di Irak, Afghanistan dan Guantanamo, menunjukkan sikap AS yang bertolak belakang dengan nilai-nilai demokrasi yang dianutnya. (ln/iol)