Tim Dokter di Ghaza: Kami Tak Minta Kalian Hentikan Pembunuhan Israel, Tapi Berilah Kami Obat…

Rintihan… tangisan.. histeria.. terdengar dari anak-anak, kaum perempuan dan orang-orang tua di rumah sakit Ghaza yang terus menerus jumlahnya bertambah. Seiring dengan aksi brutal Israel, puluhan orang terluka dan yang gugur membanjiri rumah-rumah sakit Ghaza.

Sirene ambulan seperti tak berhenti meramaikan hiruk pikuk penduduk yang ditimpa kekhawatiran, duka dan kesedihan. Para dokter berusaha sekuat tenaga untuk lebih dulu menyelamatkan anak-anak kecil yang masih bisa diselamatkan dengan saran pengobatan yang standar. Rumah sakit Kamil Adawan, yang terletak di utara Ghaza, hanya salah satu contoh dari tragedi kemanusiaan yang makin pilu di Ghaza.

Bassam Abu Wirdah, Direktur RS Kamal Adawan mengakui siapapun pasti tersentuh jiwanya bila melihat kondisi rumah sakit yang ia lihat sendiri. Bagaimana tubuh-tubuh terluka parah yang tubuhnya robek tergeletak begitu saja, menanti pertolongan. Rudal Israel telah menghajar mereka hingga kondisi yang sulit diceritakan. Sementara ada banyak sanak keluarga yang sangat kebingungan dan diliputi kesedihan terus berupaya mencari pengobatan untuk anggota keluarga mereka.

Dihadapi kondisi seperti ini, Abu Wirdah mengatakan kepada Islamonline, "Mereka akhirnya ada yang mati di hadapan kami. Karena kami tidak bisa berbuat apapun untuk mereka. Kami seperti mengalami kematian seribu kali dalam satu hari karena kesedihan seperti ini."

Ia kemudian melanjutkan sebab kondisi yang demikian memprihatinkan itu. "Kami tidak memiliki obat-obatan yang cukup dan tidak juga mempunyai sarana pengobatan yang bisa baik berfungsi untuk mengobati mereka. Rumah sakit ini sudah menunggu masanya untuk tidak bisa beroperasi lagi. Itulah sebabnya kami tidak mampu memberi pengobatan para korban."

Ia mengakui bahwa kebanyakan para korban adalah para korban yang terluka bakar parah, akibat materi kimia yang sebenarnya terlarang di dunia internasional. Tapi bahan kimia itu digunakan oleh Israel dalam membuat rudal mereka. "Kondisi para korban umumnya sama dengan apa yang dialami rakyat Palestina yang terkena rudal dari penjajah Israel. Ini menunjukkan adanya kesamaan materi yang ada dalam bom yang digunakan Israel., " ujar Abu Wirdah. Karena itulah ia kemudian meminta kepada dunia internasional untuk segera mengulurkan tangannya kepada petugas medis di Ghaza.

Dalam kesempatan yang berbeda, Raid Araini, Direktur Humas rumah sakit Asy Syifa di Ghaza menyampaikan juga permintaan pada lembaga medis internasional untuk segera bergerak memberi suplai bahan pengobatan dan fasilitas yang mencukupi untuk merawat para korban.

Dengan miris ia mengatakan, "Kami tidak minta kalian untuk menghentikan serangan Israel. Kami tidak minta pada kalian agar Israel berhenti membunuh kami. Tapi tolonglah berikan obat-obatan dan sarana pengobatan yang memadai untuk pengobatan para korban. Jangan biarkan lebih banyak lagi korban yang meninggal di Ghaza." (na-str/iol)