Tiga Skenario Akhir Kekuasaan Gaddafi

Kolonel Muammar Gaddafi akan melakukan bunuh diri, dibunuh dalam pertempuran, atau menghilang, seorang pakar Kuwait dalam bidang analisi kepribadian Abdel Rahman al-Quraish mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya TV.

Quraish mengatakan, pilihan ketiga adalah kemungkinan yang paling mungkin terjadi karena Gaddafi tidak akan menerima dirinya harus menghadapi pengadilan jika dia mundur.

Quraish mengatakan Gaddafi memiliki sebuah kebutuhan untuk keunikan, kebutuhan untuk menjadi kepribadian yang unik dan menambahkan bahwa seluruh hidup Gaddafi sebagai seorang pemimpin didasarkan pada kebutuhan psikologis.

Dia juga mengatakan bahwa sistem "Komite Rakyat" kekuasaan di Libya dirancang untuk melayani ambisi Gaddafi. Tidak ada sistem seperti itu yang pernah ada di dunia dan Gaddafi mampu bermain dengan jargon sosial politik dalam rangka menciptakan sebuah sistem yang unik, Quraish menambahkan.

Tenda, atau lebih tepatnya sistem "Komite Rakyat," dari Kolonel Gaddafi, dengan memproklamirkan diri sebagai  "Raja dari segala raja" dan mantan "Pemimpin Revolusi Libya" tengah ergoyang dalam badai pemberontakan nasional rakyat yang sebelumnya tidak pernah ada di negara ini selama beberapa dekade.

Gaddafi sering berperilaku tidak masuk akal dan eksentrik selama pemerintahan empat dekadenya sehingga membawanya ke pusat perhatian publik internasional, kadang-kadang dirinya berperilaku sebagai anti-imperialis, pemberontak anti-Barat dan terkadang menjadi pemimpin berperilaku aneh di waktu lain.

Gaddafi mengatakan ia bukan seorang presiden jika mengundurkan diri dan bersikeras untuk melawan sampai "tetes darah terakhir" untuk sebuah "peran moral" yang telah ia lakukan sejak tahun 1977 ketika dirinya menyerahkan kekuasaan kepada rakyat.

Bahkan, Gaddafi bersumpah untuk membunuh semua orang yang menentang dirinya, sembari mengatakan, "Mereka yang tidak mencintai saya tidak pantas untuk hidup, dan hal itu akan menjadi neraka bagi mereka." (fq/aby)