Tiga Pelaku Perusakan Masjid di Columbia, AS Diseret ke Meja Hijau

Pengadilan AS menggelar sidang pertama terhadap tiga tersangka pelaku serangan terhadap sebuah masjid yang juga berfungsi sebagai Islamic Center di Columbia, selatan Tennessee yang terjadi pada Sabtu (9/2) dinihari.

Para tersangka adalah anak-anak muda berusia 19, 23 dan 32 tahun. Mereka diduga terlibat dalam aksi serangan yang bukan hanya menyebabkan terbakarnya gedung Islamic center itu, tapi juga telah melakukan pelecehan dengan menggambarkan gambar swastika disertai tulisan bernuansa rasis antara lain tulisan "White Power" dan "We Run the Country" di bagian dinding masjid.

Pada surat kabar lokal, pengurus masjid Daoud Abudiab mengungkapkan terima kasihnya pada aparat keamanan yang telah menangkap pelaku serangan tersebut. "Mereka membuktikan bahwa anak-anak muda itu berbahaya bagi komunitas kami. Mereka tidak selayaknya berkeliaran di jalan-jalan, " kata Abudiab.

Jaksa wilayah Maury County, Mike Bottoms mengatakan, ketiga pemuda yang tidak dipublikasikan identitasnya itu menghadapi tuduhan upaya pembakaran dan tuduhan-tuduhan lainnya akan menyusul. "Serangan terhadap tempat ibadah adalah sesuatu yang tidak bisa kita toleransi, " tukas Bottoms.

Menyusul kasus ini, dalam waktu dekat, sekitar 20 pimpinan masjid akan bertemu dengan pihak asuransi dan akan membicarakan apakah mereka bisa membangun kembali masjid yang rusak di lokasi yang sama. Para pimpinan masjid juga akan mendiskusikan bagaimana cara membuang Quran-Quran dan material-material keagamaan lainnya yang hangus terbakar.

"Kami akan memastikan bahwa semua material itu dibakar. Kami tidak mau melihat ada bagian-bagian yang tercecer dan dibuang ke tempat sampah, " kata Abudiab.

Laporan televisi lokal WKRN menyebutkan, Gereja Presbiterian Pertama setempat menawarkan bantuan dana sebesar 1.000 dollar untuk memperbaiki masjid, dan mempersilahkan warga Muslim menggunakan sebagian ruangan di gereja untuk salat Jumat.

Abudiab menanggapi tawaran itu dengan positif meski menyatakan belum bertemu dengan pihak gereja. "Inilah yang dinamakan agama, yang mengajarkan kasih sayang, sesuatu yang dipahami oleh anak-anak muda yang tertangkap itu, " imbuhnya.

Lebih lanjut Abudiab mengatakan, kalaupun mereka tidak bisa membangun kembali masjid di lokasi yang sama, salah jamaah akan tetap dilaksanakan di Columbia. "Kami tidak mati. Kami tidak akan pergi, " tandasnya. (ln/al-arby)