Keberadaan tiga menteri perempuan Muslim dalam kabinet pemerintahan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, ditanggapi beragam oleh warga Muslim. Sebagian menilai hal itu sebagai terobosan besar dalam sejarah Prancis. Sebagian lagi menganggap keberadaan tiga menteri itu cuma kosmetik belaka.
Yang optimis dengan keberadaan ketiga menteri Muslimah itu antara lain Ketua Union of Islamic Organization in France (UOIF) Thami Breze. "Ini tentu saja menunjukkan semangat yang besar dan keterbukaan presiden, " kata Breze seperti dilansir Islamonline.
Ketiga muslimah yang ditunjuk sebagai menteri dalam kabinet Sarkozy adalah Rachida Dati, Rama Yade dan Fadela Amara. Dati, adalah muslimah kelahiran Perancis dari orang tua yang berasal dariAfrika Utara. Ia ditunjuk sebagai menteri kehakiman.
Yade yang lahir di Senegal, dikenal sebagai politikus Union for Popular Movement (UPM) yang namanya sedang naik daun. Ia adalah puteri seorang diplomat yang berimigrasi ke Prancis 20 tahun yang lalu. Yade yang dibesarkan di daerah pinggiran kota Paris ini merupakan menteri termuda-usianya baru 30 tahun- dan ditunjuk sebagai menteri muda urusan luar negeri dan hak asasi manusia.
Sedangkan Amara, 43, muslim keturunan Aljazair ini dikenal sebagai tokoh kiri dan ditunjuk sebagai menteri urusan urbanisasi.
Mengomentari penunjukkan tiga menteri perempuan dari kalangan Muslim, Abdul Rahman Dahman-penasehat Sarkozy untuk urusan warga Muslim -menyatakan, "Penunjukan ini menandai sebuah revolusi yang nyata, bagaimana Prancis berhubungan dengan warganya yang berlatar belakang imigran. "
Meski demikian keberatan dari warga Muslim tetap ada, terutama soal penunjukkan Amara. Amara, pada pemerintahan sebelumnya, adalah tokoh muslim yang giat mengkampanyekan undang-undang yang mengharuskan muslimah tidak mengenakan jilbab di tempat-tempat umum. Amara juga dinilai kurang dekat dengan masyarakat Muslim pada umumnya.
Keraguan itu diungkapkan oleh Dahman sendiri. "Saya kenal baik Dati dan Yade, tapi saya betul-betul ragu dengan Amara yang kerap melontarkan pernyataan anti-Muslim. Dia tidak mewakili umat Islam di Prancis, " katanya.
Breze juga mengungkapkan hal serupa. "Dia (Amara) dikenal karena penentangannya terhadap hal-hal terkait agama, " tambah Breze.
Amara adalah pendiri dari kelompok "Ni Putes, Ni Soumises", "Neither a Whore nor Submissive", kelompok yang menyuarakan sekularisme dan mengkampanyekan perlawanan terhadap apa yang ia sebut sebagai penindasan terhadap kaum perempuan dalam Islam.
Hal ini membuat Vincent Geisser, analis politik di Prancis meyakini bahwa penunjukkan Amara sebagai salah satu menteri di pemerintahan hanya sebagai kosmetik belaka. Menurutnya, trio menteri perempuan dari kalangan muslimah itu hanya akal-akalan Sarkozy untuk meredam retorika anti-imigran yang kemarin mewarnai kampanye kepresidenannya. (ln/iol)