Tengah malam waktu setempat, akhirnya parlemen Israel (Knesset) melakukan pemungutan suara, dan hasilnya memberikan legitimasi kepada Benyamin Netanyahu untuk memimpin pemerintahan baru dengan perbandingan suara 69 setuju dan 45 menolak.
Pemerintahan baru ini akan menghadapi masalah krisis ekonomi dan keamanan, yang akan menjadi prioritas Netanyahu. Dan, Netanyahu akan dilantik sebagai perdana menteri sore ini, waktu setempat.
Namun, pemerintahan baru Israel, yang dipimpin Netanyahu dari Partai Likud, belum apa-apa sudah mendapatkan respon negative dari publik Israel. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Koran Haarezt, menunjukkan 54% publik Israel, menyatakan mereka tidak puas dengan kabinet baru yang dibentuk oleh Netanyahu. Publik Israel juga tidak memberikan kesempatan waktu lama (dua periode), khususnya bagi kabinet baru Israel, karena terdapat sejumlah menteri di kabinet, yang sangat tidak memenuhi kualifikasi. Indikator ketidak puasan publik Israel terhadap pemerintahan baru Israel itu, berdasarkan jajak pendapat dan dialog yang dilakukan Haaretz, dan dipandu oleh Prof.Camil Puchs, dari Universitas Tel Aviv, yang melakukan riset dibidang statistik.
Menurut Koran Haaretz, sikap skeptis publik Israel itu, karena kabinet baru ini mengandung bibit friksi, selain itu, setidaknya ada dua posisi kunci di dalam cabinet Benyamin Netanyahu ini, yang memiliki dukungan yang sangat lemah. Menurut Haarezt, yang menjadi perhatian publik Israel, yaitu dua posisi penting yang menjadi isu besar, yang akan dihadapi Israel di masa depan, masalah ekonomi dan keamanan. Dua posisi kunci dipemerintahan Netanyahu itu, yaitu menteri keuangan dan menteri luar negeri, yang diduduki Yuval Steinitz dan Lieberman.
Pilihan terhadap anggota Knesset Yuval Steinitz, yang tidak memiliki kemampuan ekonomi, padahal sebelumnya portofolio ekonomi, mestinya akan dirangkap oleh Benyamin Netanyahu, yang juga menjabat perdana menteri. Netanyahu sendiri disebut sebagai ‘ Mr.Economy’, karena memiliki reputasi menangani ekonomi, dan perdana Israel itu, sudah beberapa kali menjadi menteri keuangan. Namun, pemilihan terhadap tokoh Yuval Steinitz sebagai menteri keuangan, menurut Haaretz untuk mengurangi potensi ‘damage’ (kerusakan) dalam kabinet baru, yang penuh dengan potensi konflik.
Publik Israel merasa puas dengan kembalinya wajah lama Ehud Barak, yang menjadi menteri pertahanan. Ehud Barak menjadi tokoh kunci, terbentuknya kabinet Israel, yang dipimpin Netanyahu. Karena, tanpa dukungan Barak, sulit akan terbentuk pemerintahan Likud. Karena, Partai Buruh yang dipimpin Barak mempunyai jumlah kursi di parlemen (Knesset), sebanyak 15 kursi. Namun, Barak dinilai berhasil memimpin departemen pertahanan Israel. Karena, agresi militer yang dilakukan Israel ke Gaza, berhasil melemahkan posisi Hamas di Gaza.
Tapi, masuknya pemimpin Partai Buruh,Ehud Barak, di dalam pemerintahan Likud, yang dipimpin Netanyahu, justru menghancurkan kredibelitas dan eksistensi Partai Buruh, yang selama ini telah menjadi ‘wajah’ bagi pemerintahan Olmert dan Tzipi Livni, yang dipandang lebih moderat. Banyak kalangan pemimpin politik yang menyesalkan masuknya Barak ke dalam pemerintahan Likud, yang dipimpin Netanyahu.
Meskipun, agresi militer Israel ini telah menimbulkan banyak kecaman terhadap negara Zionis itu. Agresi Israel itu juga menyebabkan Israel dikucilkan oleh masyarakat internasional. Bahkan, Komisi HAM PBB telah mengeluarkan keputusan yang menyatakan , bahwa Israel melakukan kejahatan perang. Agresi militer itu meningkatkan gerakan anti Semit di seluruh dunia, bukan hanya di negara-negara Islam, tapi juga di negara-negara Barat.
Kalangan publik di Israel selain kurang mendukung menteri keuangan Israel yang baru Yuval Steinitz, yang tidak memiliki pengalaman, tapi juga terhadap wajah baru Israel, yang oleh Netanyahu ditunjuk menjadi menteri luar negeri, yaitu Avigdor Lieberman. Pemimpin Partai Yisrael Beiteinu ini, yang selalu mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang sangat keras terhadap para pemimpin Arab dan rakyat Palestina, dan menimbulkna kebencian, dikawatirkan oleh publik Israel, justru akan memperburuk citra pemerintahan Israel yang baru. Dengan masuknya Lieberman ke dalam pemerintahan Netanyahu itu, maka gambaran pemerintahan Israel, di mata masyarakat internasinal semakin ‘kanan’ dan ‘rasis’, yang lebih menonjolkan keinginannya untuk perang.
Netanyahu dalam pidatonya di Knesset sesudah pemilihan, menegaskan bahwa kabinet baru mempunyai dua agenda penting, yaitu menangani krisis ekonomi, yang sangat serius, dan menghadapi ancaman keamanan. Keduanya harus ditangani dengan kemampuan penuh. Namun, dari hasil jajak pendapat yang dihasilkan Koran Haaretz, publik Israel merasa tidak puas dengan pemerintahan baru, 54% publik Israel tidak percaya. (m/hrtz)