Badan PBB untuk urusan anak-anak, Unicef, baru-baru ini mengeluarkan laporan yang cukup mengejutkan dan memprihatinkan. Unicef menyatakan, setiap menitnya 10 anak-anak meninggal dunia akibat kekurangan gizi, lebih dari 3/4 jumlah anak-anak di negara-negara berkembang berat badannya di bawah normal dan menderita penyakit yang disebabkan oleh kekurangan asupan makanan. Selain itu disebutkan, di beberapa wilayah hampir setengah dari semua anak-anak berusia di bawah lima tahun mengalami kurang gizi.
Unicef mengingatkan, lambannya perkembangan dalam upaya menurunkan persoalan-persoalan yang terkait dengan pemenuhan gizi bagi anak-anak menunjukkan bahwa ada target-target dari Millenium Development Program (MDG) yang meleset.
"Lambannya perkembangan dalam upaya memerangi persoalan kurang gizi sedang merusak anak-anak dan bangsa-bangsa. Hanya sedikit persoalan yang memberikan dampak besar dibandingkan gizi yang diberikan pada anak-anak agar bisa bertahan hidup, bisa belajar secara efektif dan lepas dari kungkungan kemiskinan," kata Direktur Eksekutif Unicef, Ann Veneman.
Program Pembangunan Milenium yang pertama-yang disetujui oleh para pemimpin dunia-berisi ikrar untuk mengurangi setengah dari mereka yang menderita kelaparan sampai tahun 2015. "Kita masih punya waktu untuk mencapai target ini, tapi hanya jika komunitas internasional segera bertindak dan memberikan komitmen serta sumber daya yang telah mereka janjikan," ujar Veneman.
Laporan Unicef menemukan fakta bahwa 146 juta anak-anak usia di bawah lima tahun di negara-negara berkembang, menderita kekurangan asupan makanan yang cukup, menderita penyakit-penyakit infeksi, lemah otot dan kekurangan vitamin. Sementara beberapa negara, utamanya China dan negara-negara Amerika Latin, menunjukkan kemajuan dalam menurunkan jumlah balita kurang gizi.
Tiga perempat dari 146 juta anak yang kekurangan gizi ada di 10 negara, antara lain India dengan jumlah total 57 juta anak, Banglades dan Pakistan masing-masing 8 juta anak. Hampir setengah dari total jumlah anak-anak di Asia Selatan berat badannya kurang dari normal dan yang menjadi korban kebanyakan anak-anak perempuan. Sementara negara-negara Asia Selatan perlahan-lahan mengurangi jumlah anak-anak yang kekurangan gizi, di Afrika jumlahnya justru makin bertambah.
Lebih dari setengah atau sekitar 57 persen anak-anak di Burundi mengalami gangguan pertumbuhan karena kekurangan makanan yang buruk dan di Afrika Selatan, jumlah anak-anak yang berat badannya di bawah normal, meningkat lima persen setahun.
Jumlah anak-anak yang berat badannya di bawah normal, secara subtansial juga cukup tinggi di Irak dibandingkan pada era 1990an. Laporan Unicef menyebutkan, 16 persen dari mereka kini kelaparan.
MDG menargetkan setiap negara yang mengalami problem kurang gizi untuk menurunkan jumlah penderita kurang gizi sebesar 2,8 persen tiap tahun. Saat ini, rata-rata penurunan yang bisa dicapai hanya 1,7 persen per tahun.
Dalam laporannya Unicef menyerukan adanya inisiatif untuk memperbaiki kesehatan publik, misalnya lewat program garam beryodium dan lebih banyak lagi bantuan bagi negara-negara miskin, terutama yang memiliki banyak penduduk yang tinggal di daerah pedalaman.
Disisi lain, Unicef menemukan data yang sangat kontras, di mana lebih dari 170 juta anak terutama di negara-negara maju, mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Jumlah ini termasuk anak-anak obesitas yang usianya masih di bawah lima tahun. (ln/theindependent)