Di sini, Cohen menyinggung soal penekanan terhadap komunitas yang sebagian besar miskin dan sebagian besar Muslim. Cohen bahkan menyebut, bahwa orang-orang dengan kekuatan nyata dan kedengkian memanipulasi kemarahan agama untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka atas populasi mereka yang buruk.
Dia memberikan contoh pada kasus Iran yang mengeluarkan hukuman mati pada Salman Rushdie pada 1989 karena menyindir mitos dasar Islam dalam The Satanic Verses. Ayatollah Khomeini saat itu menambah kekuatannya dengan mengaku berbicara untuk dunia Muslim.
Ketika surat kabar Denmark Jyllands-Posten menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW pada 2005, untuk menegaskan hak untuk mengejek agama yang tidak dilarang dalam konstitusi Denmark, penguasa Mesir dan Suriah kala itu, Hosni Mubarak dan Bashar al-Assad, mengubah argumen lokal menjadi kampanye global melawan Denmark.
Cohen menilai, tangisan kemarahan berguna untuk mengalihkan perhatian dari korupsi dan kesalahan aturan mereka. “Politik otoriter dan agama otoriter hanyalah dua sisi mata uang yang sama. Di banyak negara, mengkritik China adalah penistaan baru. Di mana pun Anda tidak dapat melihat kekuatan yang ditampilkan lebih telanjang daripada di rezim mayoritas Muslim. Suatu kali, mereka mencoba membunuh novelis yang menghujat dan berteriak tentang keinginan mereka untuk membela nabi dari penghinaan terkecil. Hari ini, mereka menekuk lutut dan menggigit lidah saat China melakukan kekejaman yang amat buruk terhadap penduduk Uighur yang sebagian besar Muslim di China barat,” kata Cohen, dalam opininya di The Guardian, dilansir Ahad (5/7).
Cohen mengatakan, bahwa kekejaman China di Provinsi Xinjiang adalah kejahatan besar abad ke-21. Dia juga menyebut bahwa Partai Komunis Tiongkok telah menghidupkan kembali ketakutan totaliter pada era Mao. Untuk menurunkan jumlah Muslim Uighur Xinjiang, cendekiawan China Adrian Zenz melaporkan, pemerintah Komunis itu telah memaksa perempuan untuk disterilisasi atau dipasangi dengan alat kontrasepsi.
Jika mereka menolak, negara mengirim mereka untuk bergabung dengan satu juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya yang ditahan di kamp yang didefinisikan negara sebagai kamp ‘pendidikan ulang’. Sementara itu, investigasi BBC menemukan bahwa China memisahkan anak-anak dari keluarga mereka sehingga mereka tumbuh tanpa memahami Islam.
Cohen berpendapat, jika negara Barat menunjukkan satu dari sekian banyak kebrutalan yang ditimbulkan China pada Muslim, maka kaum kiri global akan terbakar dengan kemarahan.