Tokoh diplomatik Barat mengatakan bahwa Uni Eropa telah mengungkap bukti-bukti kuat tindakan kriminalitas perang oleh militer Ethiopia dan pemerintah transisi Somalia dalam sejumlah peperangan beberapa pekan terakhir di Somalia. Tindak kejahatan perang itu dilakukan saat mereka bertempur dengan pejuang Koalisi Mahakim Islamiyah dan sejumlah kabilah Somalia di jalan-jalan Mogadishu, tepatnya satu pekan lalu.
Tapi para petinggi Eropa beserta para pengamat, sudah keburu menduga sangat sulit menyeret pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas kejahatan tersebut ke pengadilan internasional. Bahkan, meski data dan buktinya kuat sekalipun. Ini lantaran dukungan AS bulat diberikan kepada pemerintah transisi Somalia dan pasukan Ethiopia yang diterjunkan ke Somalia.
Erick Fan, kepala tim utusan Eropa di Kenya menyebutkan telah menetapkan satu tim tersendiri guna mengkaji lebih jauh kejahatan perang yang berulangkali terjadi di Somalia hingga menewaskan banyak warga sipil Somalia. Ia juga menerangkan dalam harian New York Times (6/4), “Bukti-bukti yang ditemukan ini sangatlah kuat dan kami mengkajinya dengan penuh kehati-hatian. ” Mendengar informasi Erick, penasehat keamanan Eropa segera mengirimkan surat email kepada Erick untuk menegaskan kembali soal adanya bukti kuat bahwa pasukan Ethiopia dan pemerintah transisi dengan sengaja menyerang sejumlah lokasi pemukiman sipil dalam pantauan pasukan perdamaian Uganda yang telah sampai satu bulan sebelumnya.
Pasukan Ethiopia dan Somalia memang diberitakan menghancurkan sejumlah bangunan di Mogadishu pekan lalu. Serangan itu dilaporkan sebagai serangan paling sengit di Somalia selama 15 tahun terakhir. Dalam serangan tersebut, banyak penduduk yang melaporkan kondisi mereka kepada organisasi HAM, bahwa pemerintah Somalia dan pasukan Ethiopia menggunakan kekuatan penuh dan membunuh secara membabi buta warga sipil Somalia.
Sebelum ini, lembaga HAM Somalia yang mempunyai kantor pusatnya di AS, juga melansir tudingan kepada pemerintah transisi Somalia dan pasukan Ethiopia soal perlakuan pembunuhan massal atas warga sipil Somalia. Lembaga tersebut bahkan menyebutkan bahwa Presiden sementara Somal, Abdullah Yusuf Ahmad telah memperingatkan secara terbuka saat wawancara dengan media massa, “Semua tempat yang terdapat tembakan dari lokasi itu, akan kami hancurkan tanpa melihat siapa yang ada di lokasi itu. ”
Dari sisi lain, Kepala Angkatan Darat Somalia Abdurazaq Adam Hasan tidak menampik ada sejumlah besar warga sipil yang tewas. Tapi ia mengatakan bahwa para korban itu meninggal sebagai efek peperangan yang berlangsung di dalam kota.
Sejumlah diplomat Barat juga menyatakan harapan merekaagar pemerintah transisi segera menuntaskan kondisi kacau balau yang menimpa Somalia sejak ambruknya pemerintahan pusat Somalia di tahun 1991. Pemerintah transisi Somalia juga dianggap gagal dalam memberi keamanan sebagaimana yang pernah diberikan Mahakim Islamiyah, sebelum kedatangan pasukan Ethiopia dengan dalih dukungan dari Amerika. (na-str/iol)