Di tengah ketegangan dunia menyusul pernyataan provokatif menteri luar negeri Prancis yang menyatakan bahwa dunia harus siap berperang melawan Iran, kementerian luar negeri Mesir mengumumkan bahwa negaranya akan memulihkan hubungan diplomatik dengan Iran, yang selama 27 tahun ini terputus.
"Sudah ada kesepakatan di tingkat pejabat senior dan menteri luar negeri di kedua belah pihak, untuk melanjutkan dialog tentang hubungan bilateral kedua negara, " kata juru bicara kementerian luar negeri Mesir Hossam Zaki dalam pernyataannya hari Selasa (18/9).
Terkait rencana ini, asisten menteri luar negeri Mesir untuk wilayah Asia Hussin Dirar dan deputi menteri luar negeri Iran Abbas Araghchi sudah melakukan pembicaraan di Kairo.
Pada bulan Mei lalu, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menyatakan bahwa Teheran siap memulihkan hubungan diplomatik secara penuh dengan Mesir dan akan membuka kedutaan besarnya di Kairo begitu mendapat persetujuan dari pemerintah Mesir.
Iran memutuskan hubungan diplomatik dengan Mesir pada tahun 1980 sebagai bentuk protes pemerintahan Revolusi Islam atas pengakuan Mesir terhadap Israel. Mesir menjadi negara Arab pertama yang menandatangani traktat perdamaian dengan Israel pada tahun 1979, disusul kemudian oleh Yordania pada tahun 1994.
Mesir adalah satu-satunya negara Arab yang tidak memiliki hubungan diplomatik secara penuh dengan Iran. Begitu meruncingnya hubungan kedua negara di masa lalu, Iran bahkan sampai menggunakan nama Khaled Eslambouli sebagai nama jalan di Teheran. Eslambouli adalah tokoh Islamis yang membunuh Presiden Mesir Anwar Sadat pada tahun 1981, namun bagi Iran Eslambouli adalah seorang martir.
Tiga tahun lalu, dewan kota Teheran setuju penggantian nama jalan itu dengan kata "Intifada", meski demikian nama jalan Khaled Eslambouli masih terpampang di marka-marka jalan.
Pada tahun 2004, para pejabat Iran sudah memberi isyarat bagi pemulihan kembali hubungan dengan Mesir. Namun isyarat itu tidak pernah terwujud. (ln/al-arby)