Islamofobia yang merebak di Inggris, membuat kehidupan warga Muslim menjadi tidak nyaman bahkan dihantui rasa ketakutan. Inilah yang dialami keluarga Abdalla Muhammad, yang tinggal di sebelah utara kota London. Hampir setiap malam keluarga ini tidak bisa tidur nyenyak karena ancaman-ancaman dari orang-orang yang tidak suka pada mereka, hanya karena mereka Muslim.
Keluarga Abdalla Muhammad bermigrasi ke Inggris dari Mogadishu, Somalia karena negara itu dicabik-cabik perang. Sejak lima tahun yang lalu, keluarga yang berjumlah tujuh orang ini pindah ke rumah baru mereka di utara London. Namun, belakangan ini mereka tidak bisa hidup tenang karena teror yang dilakukan orang-orang tak dikenal yang membenci Islam.
"Kami tidak tidur pada malam hari, karena kami takut sesuatu terjadi.Ini berlangsung hampir setiap hari dan setiap malam, " kata anak laki-laki Abdalla, Khalid pada surat kabar Independent edisi Kamis (15/3).
Setiap malam, keluarga ini seperti terperangkap di rumahnya sendiri. Pintu-pintu dikunci rapat, lampu dinyalakan dan mata mereka mengawasi setiap sudut rumah, kalau-kalau ada hal yang mencurigakan.
Sekelompok orang pernah melempari rumah mereka dengan batu dan memasukkan korek api yang masih menyala ke kotak surat. Abdalla sendiri pernah diserang di depan isteri dan anak perempuannya. Aksi vandalisme sudah tiga kali dilakukan pada mobilnya, dan isteri Abdalla di juluki "Baldy Paki" karena mengenakan jilbab.
"Ibu saya menangis setiap hari. Ia percaya ketika orang-orang itu mengatakan akan membakar rumah. Mereka bertingkah seolah-olah mereka bisa melakukannya, " tutur Khalid.
Ia melanjutkan, "Ayah saya berjaga setiap malam. Dia hanya duduk dan menunggu apa yang akan terjadi. Kami sangat takut. Kami sudah lapor polisi bahwa persoalan ini sangat serius, tapi mereka tidak menanggapinya dengan serius.
Serangan-serangan yang dialami keluarga ini sudah terlalu sering, sampai mereka memutuskan memasang sistem kamera pengintai CCTV di rumah, yang bisa dijadikan bukti bagi polisi jika ada serangan. Berbagai upaya pengamanan lainnya juga dilakukan mulai dari menggunakan sistem kunci ganda dan membekali semua anak-anak mereka dengan handphone agar bisa segera meminta pertolongan jika diserang.
Kondisi ini menyebabkan Khalid tidak bisa konsentrasi dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dan untuk mendapatkan nilai yang bagus.
"Sejak semua ini mulai terjadi, saya tidak punya kesempatan banyak untuk belajar. Kami semua sangat ketakutan. Yang kami inginkan hanya pindah dari tempat ini, " keluh Khalid yang bercita-cita ingin jadi insinyur mesin. Anak-anak Abdalla yang lain, juga tidak bisa bermain dengan bebas di taman.
Apa yang dialami keluarga Abdalla Muhammad, mengingatkan akan kasus-kasus Islamofobia yang menimpa banyak warga Muslim di Inggris. Suresh Grover dari organisasi anti-rasisme mengatakan, kelompok masyarakat di seluruh Inggris sudah menyaksikan bagaimana Islamofobia dan sikap anti-Muslim tumbuh pascaserangan 11 September di AS.
"Aksi-aksi kekerasan yang dilakukan, mulai dari merusak properti, serangan fisik dan pembunuhan, " ujar Grover.
Kepolisian Inggris menerima sekitar 48 ribu laporan kasus rasisme tiap tahun. Dari angka itu, 14 ribu kasus terjadi di wilayah London dan yang menjadi korban kebanyakan warga Muslim. (ln/iol)