Perdana Menteri Israel pada hari Ahad kemarin mencela tiga sekolah agama Yahudi atas apa yang ia sebut sebagai tindakan tidak bermoral karena penolakan mereka untuk menerima 100 siswa Yahudi Ethiopia.
Juru bicara dari komunitas 100 orang Yahudi Ethiopia tersebut menyatakan bahwa keputusan sekolah agama Yahudi itu merupakan tindakan diskriminatif. Yahudi hitam di Israel selama ini telah mengeluhkan adanya diskriminasi terhadap mereka, yang juga sama-sama yahudi meski berkulit hitam.
Lembaga swasta ultra ortodoks yang mendapat subsidi dari pemerintah, telah menyangkal pelarangan dan penolakan siswa Yahudi hitam itu atas motivasi rasialis, sembari mengatakan bahwa anak-anak tersebut memerlukan dana dan kelas khusus untuk meningkatkan kemampuan standar akademik mereka.
Namun PM Israel Benyamin Netanyahu menyebut tindakan tersebut sebagai "tidak toleran".
"Menolak siswa Ethiopia sama saja dengan serangan terhadap moral kita, bertolak belakang dengan etos negara kita, sebagai sebuah masyarakat, sebagai umat Yahudi dan sebagai warga Israel," kata Netanyahu dalam sebuah wawancara yang disiarkan secara bersama antara radio Israel dan radio militer Israel.
"Sekolah yang terus melanjutkan kebijakannya seperti ini akan menerima konsekuensinya," katanya mengancam. "Saya telah mengatakan kepada menteri pendidikan untuk bertindak setegas mungkin."
Presiden Israel Shimon Peres mengatakan pada pekan lalu bahwa kebijakan sekolah seperti itu sangat memalukan dan negara Israel tidak bisa menerimanya. Sebagian besar anak-anak Yahudi Ethiopia bersekolah di sekolah-sekolah negeri, dan kebanyakan dari mereka bersekolah di sekolah-sekolah agama.
Pimpinan rabbi Israel secara resmi pada tahun 1973 menyatakan bahwa Yahudi Ethiopia menurut kitab suci Yahudi adalah keturunan yahudi dari suku ‘Dan’ serta berhak untuk berimigrasi ke Israel. Puluhan ribu Yahudi hitam tiba di Israel dengan menggunakan pesawat terbang pada tahun 1980-an dan 1990-an.(fq/aby)