Meskipun memiliki delapan masjid di ibukota Kanada, komunitas Muslim di Ottawa belum pernah mendengar suara Adzan yang berasal dari salah satu masjid yang ada di kota mereka.
“Kami harus mengakui bahwa kami berada di sebuah negeri yang didominasi Kristen. Ini akhirnya menjadi benar-benar hanya soal identitas,” kata Omar Mahfoudhi, direktur eksekutif Islam Care Center di Ottawa, mengatakan kepada Ottawa Citizen.
“Jika kami bisa menggunakan pengeras suara untuk adzan, itu sangat bagus.”
Mahfoudhi meyakini bahwa ia tidak pernah mendengar suara adzan dari setiap masjid yang ada di kota-kota Kanada.
“Tapi meskipun masyarakat kami sangat tersebar, mereka tetap akan datang ke masjid … Saya sendiri tidak tinggal di dekat sebuah masjid dan namun sebagian besar orang akan datang untuk shalat di sini di pusat, padahal mereka tinggal sangat jauh dari masjid,” ujarnya.
Dari delapan masjid yang ada di kota, hanya satu masjid yang memiliki menara yang bisa dipakai untuk melakukan adzan, meskipun belum pernah digunakan untuk melakukannya.
“Dari pengetahuan masa lalu saya, hal itu belum pernah digunakan,” kata Mohamed Ghadban, presiden Asosiasi Muslim Ottawa.
“Waktu di pagi hari, misalnya, sangat tidak baik membangunkan orang, karena ini di dunia Barat tidak seperti yang Anda lakukan di Timur Tengah.”
Hidup di negara yang mayoritas penduduknya Kristen, Muslim selalu tahu bahwa mengumandangkan adzan sehari lima kali untuk shalat tidak akan diizinkan.
Di Ottawa, misalnya, Adzan akan dianggap sebagai pelanggaran peraturan kebisingan kota Ottawa.
Tidak hanya suara adzan akan dianggap sebagai pelanggaran, peraturan juga tidak memberikan pengecualian untuk suara lonceng gereja.
Tanpa lantunana adzan secara publik untuk shalat, Muslim Ottawa terpaksa menggunakan teknologi untuk melacak perubahan waktu shalat.
“Saat ini, saya hanya mendengar [panggilan untuk shalat] ketika saya pergi ke masjid, dalam batas-batas lingkungan masjid,” kata Amira Elmi, seorang Muslim dan seorang analis kebijakan Lingkungan di Kanada.
“Secara pribadi, saya harus menggunakan internet dan menemukan begitu banyak cara untuk mengetahui kapan waktu shalat masuk.
Seperti kebanyakan Muslim Kanada, Elmi bergantung pada teknologi untuk mengetahui waktu masuknya shalat.
“Ketika tidak ada jam tangan digital, tidak ada jam atom, orang-orang perlu mendengar sesuatu, atau orang-orang perlu untuk saling memberitahu waktu untuk shalat,” ujarnya.
“Saya biasanya memanfaatkan pencarian di Google untuk mengetahui waktu-waktu shalat.”
Adapun Mahfoudhi, direktur eksekutif dari Islam Care Center di Ottawa, mengatakan aplikasi ponsel pintar telah memecahkan masalah adzan untuk mengetahui waktu masuknya shalat.
Muslim membuat sekitar 1,9 persen dari 32,8 juta penduduk Kanada, dan Islam adalah agama nomor satu selain Kristen yang pemeluknya terbanyak di negara Amerika Utara.
Muslim membentuk hampir 3,9 persen dari populasi Ottawa, menurut sensus 2006.(fq/oi)