Sebuah laporan panjang dalam situs berita Reuters menyingkap kekuatan sebenanya di balik kudeta militer yang menggulingkan Mursi di Mesir.
Laporan tersebut mengatakan bahwa selama ini ia dipopulerkan secara luas adalah bahwa pemimpin militer merupakan mesin utama kudeta, hal tersebut setelah kemunculan Abdul Fattah Asisi di televisi yang mengumumkan akhir dari masa kepresidenan Mursi dan mengumumkan peta politik untuk masa depan yang meliputi penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Parlemen namun kenyataan sebenarnya berdasar puluhan wawancara dengan para tentara dan aparat keamanan Negara serta polisi hingga diplomat mengungkap bahwa Kementerian dalam negeri adalah kekuatan utama di balik kudeta ini.
Laporan tersebut mengutip empat sumber dari Kementerian Dalam Negeri bahwa para pejabat senior dan Badan Intelijen Umum mengidentifikasi nama-nama beberapa aktivis muda yang tidak puas dengan beberapa peraturan Mursi, lalu mereka bertemu dengan mereka dan mengatakan kepada mereka bahwa tentara dan Kementerian Dalam Negeri telah memberikan Negara kepada Ikhwan.
Para pejabat intelijen lalu menyarankan aktivis untuk berunjuk rasa menentang Mursi. Setelah Enam minggu gerakan “tamarrud” mulai mengumpulkan tanda tangan untuk menggulingkan Mursi.
Beberapa sumber mengatakan bahwa para pemimpin dari kelompok ini bukanlah orang-orang yang bertemu dengan pejabat intelijen tapi mereka menikmati dukungan dari Kementerian Dalam Negeri, yang membantu pengumpulan tanda tangan dan distribusi dokumen dan juga ikut dalam demonstrasi menentang Mursi.
Gerakan Tamarrud (pemberontak) dalam kaitannya dengan Kementerian Dalam Negeri adalah kesempatan untuk membalas Ikhwanul Muslimin dan Mursi atas peristiwa Wadi Natrun.
Faktor yang terenting dalam tranformasi ini adalah kemampuan Menteri Dalam Negeri Muhammad Ibrahim untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan tentara yang merupakan lembaga paling kuat dan paling dihormati di Mesir, dan taktik ini sudah mulai dibangun sejak lengsernya Mubarak.
Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa Kementerian Dalam Negeri mengumpulkan para pejabat senior keamanan di Akademi Kepolisian di Kairo, pertemuan tersebut membahas bagaimana berurusan dengan Ikhwanul Muslimin dan menyatakan bahwa ribuan petugas dari jajaran menengah dan rendah mengatakan tidak bisa bekerja dibawah Presiden yang dianggap sebagai teroris, kemudian perwira senior mencoba menenangkan mereka dengan mengatakan bahwa mereka harus menunggu saat yang tepat untuk bergerak melawan Mursi. Salah seorang perwira mengatakan kepada Reuters tidak perintah yang jelas untuk melawan Mursi namun sejumlah besar Senior memutuskan untuk tidak menjadi “Alat” dari Ikhwanul Muslimin.
Para pejabat di kementerian Dalam Negeri memperingatkan kepada para pejabat di tentara bahwa ikhwanul Muslimin akan membentuk Negara Islam di wilayah tersebut. Pada tanggal 15 Juni Kementerian Dalam Negeri mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh tiga ribu petugas dari jajaran besar dan kecil di Nesr City untuk membahas kematian seorang perwira polisi yang terbunuh di Sinai, dan mereka menuding bahwa Mursi bertanggung jawab terhadap peristiwa ini lalu meneriakkan “gayang pemerintahan Mursi”. (hr/im)