Sejumlah orang bersenjata membunuh kordinator lapangan sayap militer Hamas, Al-Qassam. Mereka menyerang mobil yang tengah ia kendarai bersama keluarganya di Khan Yunis Selatan Ghaza.
Inilah tragedi pembunuhan pertama yang terjadi pasca kesepakatan Makkah, yang menyepakati haramnya pertumpahan darah sesama rakyat Palestina.
Serangan itu memicu kontak senjata hingga menewaskan dua orang, dan memunculkan kekhawatiran meletupnya kembali konflik internal di Palestina.
Sejauh ini, latar belakang penembakan masih simpang siur. Tokoh Hamas yang gugur, Muhammad Ghalban (28), diduga dibunuh oleh sejumlah orang dengan kedok perselisihan keluarga. Abu Mujahid, salah satu keluarga korban mengatakan, “Muhammad Ghalban sedang berada dalam perjalanan pulang ke rumah kemarin malam, setelah ia mempertemukan isteri dan anaknya dengan keluarga besarnya. Saat mobilnya melewati perempatan jalan di Khan Yunis, tiba-tiba sekelompok orang bersenjata kurang lebih enam orang melepaskan tembakan bertubi-tubi ke mobil Ghalban. Ia kemudian tewas seketika. ”
Sementara informasi medis menyebutkan, kontak senjata ini dipicu oleh konflik dua keluarga, disusul kemudian oleh tewasnya dua orang lainnya bernama Ismail Shabah dan Hazim Kaware dari keluarga Ghalban.
Ada pula informasi yang menyebar, bahwa pembunuhan Ghalban dilatarbelakangi kebencian yang pernah terjadi antara Hamas dan Fatah.
Namun Al-Qassam mengeluarkan pernyataan bahwa Ghalban meninggal karena tembakan dari pihak yang tak dikenal di Khan Yunis. Pihak keluarga Ghalban juga menyatakan akan menuntut balas kematian keluarganya. Mereka tidak mau mengaitkan masalah kematian Ghalban dengan masalah organisasi maupun keluarga.
Baik Hamas maupun Fatah berupaya menenangkan situasi dengan menegaskan bahwa kedua organisasi besar di Palestina itu tetap komitmen dengan kesepakatan Makkah yang mengharamkan pembunuhan warga Palestina. Jubir Fatah, Muhammad Hour, mengatakan, “Tidak ada hubungan bagi Fatah, dekat maupun jauh, dengan peristiwa yang terjadi di Khan Yunis terkait insiden pembunuhan antar keluarga. ” Mereka meminta seluruh pihak tidak terprovokasi dengan isu itu dan tetap mengutamakan prioritas kesatuan Palestina yang saat ini tengah dibentuk. (na-str/iol)