Kementerian Dalam Negeri Palestina di Gaza, Selasa, fihak keamanan telah menangkap dan menahan sejumlah kelompok yang menjadi mata-mata Israel. Mereka memberikan informasi kepada tentara Israel, ketika berlangsung perang di Gaza. Mata-mata itu memberikan informasi kepada fihak tentara Israel, di mana posisi para pejuang Palestina.
Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Palestina, Ihab al-Ghussian, menyampaikan kepada Palestinian Information Center (PIC), bahwa fihak keamanan telah membongkar sebuah jaringan yang menjadi mata-mata Israel. Sebelum berlangsung perang mereka ini mengumpulkan informasi yang sangat penting, tentang posisi-posisi pejuang Palestina, dan rumah para pemimpin Hamas. Para mata-mata dan kolaborator itu dipimpin oleh Mohammad al-Habbash, yang masih keponakan Menteri Sosial Otoritas Palestina (PA) di Ramallah. Para mata-mata itu disebar ke seluruh Gaza, sebelum agresi militer Israel ke Gaza berlangsung.
Namun, ketika berlangsung agresi militer Israel ke Gaza, hubungan komunikasi antara tentara Israel dengan para mata-mata dan kolaborator itu terputus, karena sebagian mereka melarikan diri dan terbunuh, serta sebagian mereka tertangkap oleh pejuang Palestina. Informasi penting yang mereka berikan itu, mengakibatkan korban sejumlah pejuang Hamas, serta pemimpinnya seperti Prof. Nizar Rayyan dan Mendagri Hamas, Sheik Said Seyam.
Memang, Israel sebelum melakukan penyerbuan ke Gaza telah melakukan koordinasi dengan aparat Intelijen Otoritas Palestina (PA) di Ramallah dan Kepala Intelijen Mesir, Omar Sulaiman. Kegagalan para agen intelijen dari Otoritas Palestina, yang menyusup ke Gaza, tak lain keberhasilan gerakan kontra intelijen yang dimiliki Hamas. Dan, menurut Ismail al-Ashqar yang menjadi reporter PLC, peranan mata-mata itu, sangatlah besar dalam perang selama 23 hari di Gaza.
Kini, Mesir selain memasang kamera sepanjang perbatasannya dengan Gaza, negeri pyramid itu, mulai melaksanakan kerjasama dengan Israel dan Amerika, menghancurkan terowongan yang ada disepanjang garis perbatasan antara Mesir-Gaza, yang terletak digaris Rafah. Padahal, terowongan itu digunakan oleh rakyat Gaza, mendapatkan suplai makanan dan obatan-obatan yang mereka beli dari Mesir.
Mesir melalui jaringan intelijennya terus melakukan penghancuran terhadap terowongan yang jumlahnya ribuan di sepanjang garis perbatasan Rafah. Gaza menghadapi blokade dan embargo dari Israel, Mesir, dan negara-negara Uni Eropa mengambil bagian menjaga laut Mediteranian, yang menjadi pintu masuk Gaza lewat luat. Semuanya, tertutup rapat, tak ada lagi yang dapat masuk ke Gaza, tanpa izin Mesir, Israel, Uni Eropa dan Otoritas Palestina.
Sementara itu, pemilu Israel hanya tinggal beberapa hari lagi, dan kemungkinan besar akan dimenangkan Partai Likud,yang dipimpin Benyamin Netanyahu, yang sudah berjanji di depan masyarakat Yahudi di Ashkelon, kalua dia terpilih, langkah kebijakan yang akan dilakukannya menghancurkan Hamas dan membunuh seluruh pemimpinnya.
Dan, berbagai jajak pendapat di Israel, menunjukkan Partai Likud yang dipimpin Netanyhu unggul atas Partai Kadima, yang kini dipimpin Menlu Lipni Zipni. (m/pic)