Tentara Yang Bergabung Membela Taliban

Seorang lelaki dengan janggut panjang dan hitam, keluar dari sebuah mobil Toyota. Ia diikuti oleh empat orang pejuang Taliban. Lelaki itu mengucapkan "hallo" kepada semua orang dan dibalas dengan ucapan yang sama. Ia adalah seorang lelaki yang sangat ramah, di luar gambaran Taliban yang selama ini digambarkan oleh media.

Pakaiannya walau sederhana, tapi terlihat di atas rata-rata pejuang Taliban. Dan ia membawa sebuah pistol Makarov Rusia, sebuah senjata yang sangat langka di Afghanistan. Jelas sekali bahwa ia bukanlah seorang Afghan. Para pejuang Taliban mengatakan bahwa ia adalah seorang Arab yang datang ke Afghanistan dan tadinya akan bergabung dengan tentara kafir AS dan NATO.

Tapi, ia belum pernah sekalipun berperang melawan Taliban. Pertama kali ia datang ke Afghan, ia mendarat di Sangen, namun ia mendatangi Taliban. Kejadian itu terjadi dua tahun yang lalu.

Ia bernama Mustafa. Ia berasal dari Uni Emirat Arab (UEA). Ia sangat terkenal di negaranya. "Awalnya saya datang ke Afghanistan untuk bergabung dengan International Security Assistance Force (Isaf) yang dipimpin NATO." ujar Mustafa. UEA adalah salah satu negara Arab yang memang terlibat dalam aksi NATO dan AS di Afghanistan. Negara ini setidaknya telah menggirimkan 25 unit pasukan sampai bulan April 2009 saja.

Selama dalam penugasannya, Mustafa merenungi bahwa ia sepertinya melakukan sesuatu yang salah dengan bergabung dengan NATO. Alih-alih memerangi Taliban, ia pun desersi dari kesatuannya dan bergabung dengan Taliban yang menyambutnya dengan tangan terbuka.

Sekarang, Mustafa adalah salah seorang pejuang Taliban yang paling dihormati.

Awal menjadi pejuang Taliban, Mustafa tidak bisa menahan kerinduannya untuk pulang ke negaranya. "Tapi apa yang bisa saya lakukan di sana? Jihad sedang berlangsung di sini. Para mujahid ada di sini. Jadi saya memutuskan untuk tidak pulang." paparnya.

Mustafa tidaklah sendirian. Banyak dari tentara arab yang dikirim negaranya ke Afghanistan untuk membantu NATO dan AS malah bergabung dengan Taliban. Karena setelah di Afghanistan, mereka tahu bahwa mana yang haq dan mana yang batil. (sa/jzr)