Irak bereaksi keras atas tewasnya delapan warga sipil oleh para tentara bayaran dari perusahaan penyedia jasa militer swasta Blackwater yang disewa AS.
Insiden itu berawal ketika konvoi pejabat diplomatik AS diserang ketika melintas di kawasan Al-Yarmukh, sebelah barat Bahgdad pada Minggu (16/9). Para pengawal konvoi yang terdiri dari para tentara bayaran yang disewa AS dari perusahaan Blackwater, merespon serangan itu dengan melepaskan tembakan membabi buta ke arah kerumunan orang di jalan dan ke arah mobil-mobil yang terperangkap di belakang konvoi tersebut. Akibatnya, delapan orang tewas dan 13 orang luka-luka.
"Orang-orang asing dalam konvoi itu mulai berteriak-teriak dan memberi tanda pada kami untuk mundur. Saya memutar balik mobil dan kira-kira sudah melaju sejauh 30 meter ketika mereka mulai melepaskan tembakan, " kata Hassan Jabar Salman, seorang saksi mata yang berprofesi sebagai pengacara.
Salman terkena lima tembakan ketika berusaha menghindar dari insiden tersebut dan kini dirawat di rumah sakit Al-Yarmukh. "Mobil saya kena 12 peluru, empat peluru mengenai belakang badan saya dan satu peluru mengenai tangan, " ujarnya.
Salman mengaku melihat seorang perempuan dan seorang polisi jalan raya tewas terkena tembakan dan belasan orang yang ada di lokasi kejadian tiarap untuk menghindari tembakan.
PM Irak Nouri Al-Maliki menyebut tindakan para tentara bayaran itu sebagai tindakan kriminal. Sementara Direktur Operasi Kementerian Dalam Negeri Irak, Mayor Jenderal Abdul Karim Khalaf menyatakan akan melakukan penyelidikan atas kasus tersebut serta melarang Blackwater beroperasi di Irak.
"Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan perintah untuk mencabut izin Blackwater dan perusahaan itu dilarang beroperasi di seluruh Irak, " tukas Khalaf.
Bukan sekali ini para tentara bayaran yang disewa AS dari perusahaan jasa militer swasta melakukan tindakan kriminal dengan membunuh warga sipil tak berdosa di Irak. Tindakan yang sering dilakukan oleh para tentara bayaran itu antara lain, melepaskan tembakan secara membabi buta dan ngebut di jalan-jalan Baghdad untuk menghindari serangan dari para pejuang Irak.
Sejauh ini, pihak Blackwater yang juga menawarkan jasa pengamanan bagi orang-orang sipil asal AS yang bekerja di Irak, belum memberikan penjelasan atas insiden di Al-Yarmukh. Sedangkan humas kedutaan besar AS di Irak, W. Johann Schmonsees menyatakan bahwa pihaknya belum memutus kerjasama dengan Blackwater.
Divisi konsultan keamanan Blackwater memegang kontrak senilai 109 juta dollar dengan Departemen Luar Negeri AS untuk pengamanan di Irak. Pemerintah AS, menurut surat kabar Washington Post, bahkan memberi kewenangan pada perusahaan itu untuk mengerahkan pasukan pembunuhnya.
Blackwater diperkirakan mengerahkan sekitar 1. 000 tentara bayarannya di Irak, dilengkapi dengan mesin-mesin dan senjata perang yang canggih untuk menjaga kepentingan AS di Negeri 1001 Malam itu. Dan sepanjang invasi AS ke Irak, tak sedikit pula tentara bayaran dari Blackwater yang tewas di tangan pejuang Irak. (ln/iol)