Pasukan keamanan Somalia melakukan penangkapan kaum perempuan bercadar dan membakar cadar-cadar yang mereka kenakan.
Pemerintah Somalia yang mendapat dukungan dari negara-negara Barat, melakukan tindakan itu sebagai upaya untuk menghentikan aksi para pejuang Persatuan Mahkamah Islami, yang kerap menyamar dengan mengenakan cadar dalam melakukan serangan.
Seorang aparat kepolisian bernama Ali Nur pada Reuters mengungkapkan, "Setiap aparat polisi dan tentara pemerintah diperintahkan untuk menyita cadar dari kaum perempuan. "
Menurut Nur, perintah itu dikeluarkan setelah sejumlah serangan yang terjadi belakangan ini, dilakukan oleh orang-orang yang menyamar.
"Sejumlah pejuang Mahkamah Islami yang tertangkap, mengenakan cadar. Selama perang, mereka berpura-pura jadi perempuan dan membunuh banyak tentara pemerintah, " katanya.
Sejumlah pejabat mengatakan, beberapa kasus bom bunuh diri, juga dilakukan oleh laki-laki yang menyamar dengan mengenakan cadar. Di Somalia, pelakunya disebut indhasharer.
Ketika Mogadishu di bawah kontrol kelompok Persatuan Mahkamah Islami pada pertengahan tahun 2006, kaum perempuan diwajibkan menutup kepalanya. Meski mayoritas kaum perempuan Somalia, umumnya mengenakan keurudung penutup kepala, tapi tidak mengenakan cadar.
Dengan bantuan pasukan Ethiopia, tank-tank dan pesawat tempur, pasukan pemerintah Somalia berhasil menumbangkan para pemimpin Persatuan Mahkamah Islami dan berusaha merebut kembali kota Mogadishu lewat pertempuran sengit dengan para pejuang Persatuan Mahkamah Islami.
Warga Mogadishu mengatakan bahwa tentara dan polisi pemerintah secara paksa mengambil cadar-cadar yang dikenakan kaum perempuan dan membakarnya di depan publik. Seorang ulama yang enggak disebut namanya, berharap pemerintah untuk sensitif, karena tindakan itu bisa membakar kemarahan massa.
"Jika pemerintah melarang kaum perempuan mengenakan cadar untuk alasan keamanan, saya pikir bisa diterima. Tapi hal ini bisa memicu kemarahan masyarakat, " ujarnya. (ln/aljz)