Seminggu sudah gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, warga yang Libanon yang mengungsi berangsur-angsur kembali ke tempat asalnya. Ribuan tentara Israel juga sudah ditarik dari selatan Libanon, namun bukan berarti warga Libanon di wilayah itu sepenuhnya bebas dari ‘tawanan’ tentara Israel.
Menurut koresponden AFP, sekitar 250 tentara Israel masih mengusai sedikitnya sembilan tempat di dekar perbatasan Libanon. Mereka dilengkapi dengan 30 kendaraan perang.
Seorang warga Libanon yang tinggal di desa Beit Lif dekat perbatasan, Zinab Ali Merei mengatakan, tentara-tentara Israel itu bersembunyi di rerimbunan pohon-pohon dan belukar pohon zaitun di perbukitan. Seorang anak lelakinya diculik tentara Israel ketika sedang mencari dombanya.
"Abdullah sedang berada dibalik menara air dan menemukan dirinya sudah berhadap-hadapan dengan tentara bersenjata yang langsung menangkapnya," tutur Zeinab.
Menurutnya, ketika sejumlah anak muda meminta agar tentara Israel itu membebaskan Abdullah,22, dengan berbahasa Arab, tentara Israel itu malah berkata,"Pergi dari sini."
Para tentara Israel itu juga menguasai sejumlah rumah penduduk sebagai ‘tempat pertahanan’ mereka di selatan Libanon dan kerap menyerang penduduk setempat.
"Mereka merusak semua yang ada di sini," kata Sayed yang rumahnya sempat dikuasai tentara Israel. Ia menunjukkan lemari pakaiannya yang hancur, isi lemari itu berserakan bersama dengan kaleng-kaleng bekas makanan dan minuman tentara Israel.
"Mereka merusak pintu-pintu dan buang air besar di dapur," teriak ibu Sayed.
"Mereka berada tepat di atas kita. Saya melihat 50 orang dari mereka (tentara Israel) kemarin petang di sisi bukit," ujarnya sambil menyebut wilayah yang jaraknya hanya beberapa meter dari pos pasukan PBB di Libanon yang dijaga oleh pasukan dari Ghana.
Di timur Marun al-Ras, menurut koresponden AFP, masih ada satu rumah yang didiami tentara Israel.
"Saya pernah berada di sana bersama isteri dan anak-anak saya. Dan itu adalah rumah saya yang mereka kuasai," tutur Muhammad Fares.
Pasukan Israel juga melarang penduduk desa untuk mendekati tanah-tanah perkebunan mereka. Seorang warga desa, Khadigea Baddah mengatakan bahwa dirinya tidak bisa masuk ke kebun tembakau miliknya untuk panen. Tentara Israel menghardiknya dengan menggunakan bahasa Arab dan mengusirnya, ujar tetangga Baddah, Mustapha el-Sayed.
Saat ini, tidak seorangpun penduduk desa Libanon berani mendekati perkebunannya karena ada tentara Israel di sana.
"Kami selalu bergantung pada panen zaitun, tembakau, buah-buahan dan sayur-sayuran, serta bergantung pada kambing-kambing kami, karena untuk bekerja di Tyre biayanya terlalu mahal," kata Umi Ali, warga Libanon lainnya.
"Dan lihatlah kami sekaran, hidup dalam kesengsaraan," sambungnya. (ln/iol)