Militer Zionis Israel membunuh seorang anggota Hamas di Tepi Barat dan pasukan keamanan yang loyal pada Presiden Palestina Mahmud Abbas menangkapi puluhan anggoat Hamas di wilayah itu.
Dalam operasi militernya di kota Hebron hari Minggu kemarin, tentara-tentara Zionis menembak Shihab Al-Natsheh-seorang pejuang Hamas berusia 25 tahun-di rumahnya, karena al-Natsheh menolak menyerahkan diri pada tentara Zionis dan melakukan perlawanan dengan melepaskan tembakan ke arah tentara-tentara Zionis itu.
Tetangga-tetangga al-Natsheh mengatakan, tentara-tentara Zionis biadab itu bukan hanya menembak mati al-Natsheh tapi juga meratakan rumahnya dengan buldoser. Menurut mereka, militer Israel sudah lama mencari-cari al-Natsheh yang oleh Israel dituduh sebagai otak serangan bom bunuh diri yang terjadi di kota Dimona bulan Februari lalu, yang menewaskan seorang perempuan Israel.
Tindakan pasukan Zionis itu membuat berang sayap militer Hamas, Brigade Izzudin al-Qassam yang bersumpah akan membalas pembunuhan terhadap al-Natsheh. "Balasan yang kami lakukan akan sangat menyakitkan, " tegas Brigade Izzudin al-Qassam dalam pernyataannya.
Juru bicara militer Zionis tidak mau memberikan keterangan detil atas aksi pembunuhan itu, dan hanya mengatakan bahwa tentaranya terlibat baku tembak dengan sekelompok orang bersenjata di kota Hebron. Namun keterangan warga Palestina mengatakan, baku tembak itu dipicu karena tindakan tentara Zionis yang memblokade semua jalan di Hebron sehingga warga tidak bisa keluar atau masuk ke kota tersebut.
Israel tetap melakukan pelanggaran dengan memburu anggota Hamas di Tepi Barat, meski terikat gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Ghaza. Dan hingga kini, tak ada pihak yang memperingatkan Zionis Israel, termasuk Mesir yang menjadi perantara kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel.
Pasukan Abbas Tangkapi Anggota Hamas
Bersamaan dengan insiden di Hebron, pasukan yang setia dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas, juga menangkap sekitar 35 anggota Hamas di kota Jenin dan Tulkarim, Tepi Barat.
Tindakan itu diduga sebagai balasan atas penangkapan sekitar 200 anggota Fatah di Jalur Ghaza, setelah Hamas menuding Fatah berada di balik insiden tiga ledakan bom di Jalur Ghaza yang menewaskan lima pejuang Ghaza dan seorang anak perempuan hari Jumat kemarin. Sejak insiden itu, Hamas mengetatkan pengamanan di jalan-jalan Ghaza dengan melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang dicurigai membawa senjata atau bahan peledak.
Namun seorang pejabat pemerintahan Abbas membantah, bahwa penangkapan terhadap anggota Hamas yang dilakukan pasukan yang setia pada Abbas di Tepi Barat, sebagai tindakan balasan atas perlakuan Hamas terhadap anggota Fatah di Jalur Ghaza.
Ledakan bom yang terjadi Ghaza hari Jumat kemarin, dikhawatirkan akan memicu kembali pertikaian fisik antara Hamas dan Fatah. "Kami khawatir, kedua kelompok bersaudara itu akan saling bunuh dan terjadi pertumpahan darah lagi, " kata Fatima Ahmad Salama, ibu dari enam orang anak di Ghaza.
"Saya berdoa pada Tuhan agar mereka tetap berkepala dingin dan menghentikan pertikaian ini sebelum jatuh korban lagi, " sambung Abdu Adil, 65 tahun.
Hamas menuding kelompok Fatah yang melakukan ledakan bom itu, karena ingin merongrong "pemerintahan" Hamas di Jalur Ghaza. Menurut organisasi hak asasi manusia Al-Mizan, aparat keamanan Hamas menggeledak lebih dari 120 kantor, pusat kebugaran dan lembaga-lembaga amal dari jaringan Fatah pascainsiden ledakan bom tersebut.
Seorang anggota senior Fatah yang tidak mau disebut namanya mengklaim pasukan Hamas juga menggeledah rumah dua anggota senior Fatah, Zakariya al-Afgha dan Ibrahim al-Naja serta menyita mobil-mobil mereka.
Sementara itu, juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri mengatakan bahwa mereka hanya menangkap orang-orang tertentu saja dan sebagian besar sudah dibebaskan. Ia mengingatkan, sebelum insiden ini terjadi, otoritas pemerintahan Palestina di Tepi Barat tidak melakukan tindakan apapun melihat pasukan Zionis terus menerus menangkapi anggota Hamas. (ln/al-arby/aljz)