Tentara China Punya ‘License to Kill’ Muslim Uighur

MUSLIM UIGHURSPihak berwenang China menggunakan pasukan tentara dan pasukan polisi khusus untuk menyerang rumah-rumah Muslim Uighur dan membunuh mereka dengan mudah  di provinsi barat laut Xinjiang.

“Kita tidak bisa bicara tentang budaya kita, pendidikan dan bahasa,” kata pemimpin Uighur , Rebiya Kadeer kepada wartawan selama tur dakwah di Jepang, Agence France-Presse (AFP) melaporkan Kamis 20 Juni.

“Kami bicara sekarang ke dunia internasional bagaimana menyelamatkan hidup kami dan masyarakat kami.”

Kadeer mengatakan bahwa polisi khusus di Xinjiang memiliki hak untuk menyerang setiap rumah Muslim Uighur.

“Mereka diperbolehkan  membunuh dengan mudah, restu dari pemerintah China, katanya.

Kecaman  itu muncul sehari setelah sebuah pengadilan China menghukum 19 Muslim Uighur hingga enam tahun penjara dengan dakwaan  mempromosikan ekstremisme agama.

Media pemerintah mengatakan satu Muslim Uighur dijatuhi hukuman enam tahun hanya karena  men-download materi online tentang Jihad.

Delapan Uighur lainnya dihukum di antara dua sampai lima tahun karena mengkritisi acara media televisi negara yang mereka sebut sebagai kegilaan agama.

Pihak berwenang China telah menghukum hampir sekitar 200 orang, sebagian besar warga Muslim Uighur, 26 dari mereka dihukum mati.

Muslim Uighur adalah minoritas di China dan berbahasa Turki , komunitas mereka berkisar delapan juta di wilayah Xinjiang barat laut.

Xinjiang, yang biasa disebut Turkestan Timur, sebenarnya telah otonom sejak tahun 1955, namun terus menjadi subyek tindakan kekerasan dari pihak  keamanan pemerintah Cina.

Kelompok-kelompok HAM menuduh pihak berwenang China sangat represif terhadap Muslim Uighur di Xinjiang atas nama terorisme.

Kadeer menuduh China menjalankan program kampanye pembersihan etnis terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

“Saya berharap semua dunia internasional tidak akan bersabar dengan kebijakan  pembersihan etnis ini ,” katanya.

Kadeer  katakan  media pemerintah China memanggil Muslim Uighur sebagai  “teroris” hanya karena mereka memiliki pisau, padahal pisau yang mereka miliki hanyalah digunakan  untuk memotong sayuran.

Pada April lalu, 21 orang, termasuk petugas polisi, tewas dalam bentrokan kekerasan di Xinjiang.

Media pemerintah Cina mengatakan baku tembak pecah saat kejadian setelah polisi mencoba untuk mencari rumah penduduk setempat yang dicurigai memiliki pisau ilegal.

Beijing mengatakan enam “teroris” dan 15 polisi dan pekerja lainnya tewas – 10 di antaranya dari Muslim Uighur.

Kadeer mengatakan Cina telah menggunakan militer untuk melakukan pembunuhan di Xinjiang.

“Petugas keamanan menggeledah rumah masyarakat setempat,” kata pemimpin Uighur.

“Polisi dan tentara bekerja sama dalam membunuh orang di daerah itu,” katanya, ia menambahkan militer china juga telah menggunakan bahan peledak.

“Kami melihat beberapa video dari daerah di mana peristiwa itu terjadi, dan kita tidak bisa melihat setiap orang yang tinggal di daerah itu. Yang terlihat hanyalah  rumah terbakar dan rumah dihancurkan … .”

Muslim Uighur menuduh pemerintah china sedang melakukan ekspansi jutaan etnis Han di wilayah mereka dengan tujuan akhir melenyapkan identitas dan budaya Uighur.

Analis mengatakan kebijakan mentransfer etnis China Han ke Xinjiang untuk mengkonsolidasikan otoritas Beijing untuk  meningkatkan proporsi etnis Han di wilayah tersebut dari lima persen pada tahun 1940 menjadi lebih dari 40 persen saat sekarang.

Beijing memandang wilayah Xinjiang yang luas sebagai aset yang tak ternilai karena lokasinya yang strategis penting di  Asia Tengah dengan cadangan minyak dan gas yang besar .(OI.Net/Dz)