Ketegangan melanda ibukota Bangladesh, Dhaka menyusul baku tembak, yang berlangsung sejak Rabu (25/2) pagi di kompleks markas besar Bangladesh Rifles (BDR) di kawasan Pilkhana.
Kepala Polisi lokal Nabojit Khisa mengatakan, ia mendengar tembakan mortir dari kompleks tersebut. Mereka sudah menghubungi pihak militer untuk mengendalikan situasi.
"Baku tembak masih berlangsung. Kami dilarang masuk," kata Khisa.
Laporan Al-Jazeera menyebutkan, baku tembak terjadi saat berlangsung pertemuan antara pejabat junior dan senior BDR. Belum ada kejelasan apa sebenarnya yang memicu baku tembak tersebut. "Warga yang berada di jalan panik karena mereka ( kelompok yang terlibat dalam baku tembak ) menembaki warga sipil. Situasi ini mengingatkan pada peristiwa kudeta di beberapa tahun yang lalu," demikian laporan reporter al-Jazeera.
Dilaporkan pula bahwa tidak ada aparat keamanan atau polisi yang mengatakan situasi di kompleks BDR. Dari kejauhan, terlihat beberapa tentara mengarahkan senjatanya ke arah warga sipil.
Khisa menolak memberikan komentar soal spekulasi bahwa telah terjadi pemberontakan di tubuh BDR. Namun sehari sebelum insiden ini, perdana menteri Bangladesh yang baru terpilih Syaikh Hasina berkunjung ke markas besar BDR. Dalam pidatonya, Hasina menghimbau para tentara untuk lebih disiplin dan selalu siap siaga menjadi perbatasan negara.
Laporan stasiun televisi swasta Bangladesh, Bangla Vision dan ETV yang meliput dari lokasi kejadian menyebutkan bahwa para tentara tiba-tiba keluar dari barak mereka dan mengambil alih ruangan tempat pertemuan para pejabat BDR berlangsung. Pasukan dari BDR meneriakkan tuntutan minta perbaikan fasilitas dan kenaikan gaji.
Beberapa tentara keluar kompleks dan menyerbu sebuah mall yang berada di dekat kompleks tersebut. ETV melaporkan, sejumlah pejalan kaki yang berada di luar kompleks terkena tembakan dan dilarikan ke Rumah Sakit Dhaka Medical College.
Sejarah negara Bangladesh, negara yang memisahkan diri dari Pakistan tahun 1971 ini memang diwarnai dengan berbagai insiden kudeta dan perlawanan dari kelompok pemberontak. Presiden pertama Bangladesh, Mujibur Rahma-yang juga ayah Hasina-beserta beberapa anggota keluarganya tewas dibunuh dalam kudeta tahun 1975. (ln/aljz)