Perempuan-perempuan Irak mengalami penderitaan yang tak terperi di dalam penjara-penjara AS di Irak. Mereka ditangkap oleh tentara AS tanpa tuduhan yang jelas, kemudian disiksa dan diperkosa di dalam penjara.
Press TV dalam laporannya hari Minggu kemarin, menayangkan kisah sejumlah perempuan Irak yang pernah ditangkap dan dipenjarakan militer AS. Mereka mengatakan, tentara-tentara AS memaksa mereka melepas pakaian di depan para tentara itu, kemudian mereka diperkosa.
"Penderitaan saya di dalam penjara AS sangat pedih, saya tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata," kata seorang perempuan Irak yang sekarang sudah bebas.
Perempuan Irak itu ditangkap setelah pasukan AS menyerbu rumahnya di Diyala. "Mereka membawa saya untuk mendapatlan informasi tentang suami saya. Mereka memenjarakan saya selama satu setengah tahun tanpa tuduhan apapun," tutur perempuan Irak yang dirahasiakan jati dirinya.
Menurut laporan wartawan Press TV di Irak, tentara AS menangkapi perempuan-perempuan Irak karena mereka menikah dengan lelaki Irak yang oleh militer AS dianggap sebagai "para pejuang Irak yang mereka cari."
Para aktivis perempuan di Irak sudah berulangkali mendesak dunia internasional untuk menyeret tentara-tentara AS yang terlibat dalam kasus-kasus pelanggaran HAM, tapi sampai saat ini dunia internasional masih membisu melihat perilaku biadab para tentara AS di sejumlah negara yang dijajahnya.
Yvonne Ridley Kecam AS
Pekan kemarin, wartawati Inggris yang juga dikenal sebagai tokoh muslimah Yvonne Ridley mengecam keras perlakuan keji tentara-tentara AS terhadap tawanan perempuan di penjara-penjara AS di Afghanistan.
Dalam keterangan pers-nya bersama dengan Ketua Tahrik Insaf Pakistan (PTI) Imran Khan, Ridley juga mengkritik penangkapan seorang dokter perempuan ahli saraf asal Pakistan Aafia Siddiqui oleh militer AS di Afghanistan, karena dituduh menyerang dua tentara AS di kota Kabul.
"Dia (Aafia) mengalami penyiksaan selama lebih dari lima tahun dalam penjara militer AS, sejak ia dan anak-anaknya diculik," kata Ridley, wartawan Inggris yang memilih masuk Islam setelah ditawan oleh Taliban di Afghanistan.
Ia mendesak publik untuk bersuara, memprotes tindakan pasukan AS yang sewenang-wenang terhadap tawanan perempuan di penjara-penjara AS di Afghanistan. "Banyak muslimah yang ditangkap pasukan AS dan jika publik bersikap diam, maka mereka akan kehilangan saudari-saudari mereka selamanya," tukas Ridley seperti dikutip surat kabar Pakistan, Daily Times.
Ridley juga menyatakan keraguannya atas informasi militer AS bahwa tawanan nomor 650 sudah diekstradisi ke negara asalnya sejak tiga tahun yang lalu. Tawanan 650 dipercaya sebagai nomor indentitas dokter Aafia,namun Ridley meragukannya.
Ia meyakini, dokter Aafia masih berada di dalam penjara Bagram, penjara AS di Afghanistan dimana terdapat tawanan-tawanan perempuan yang mengalami penyiksaan serta perkosaan yang dilakukan tentara-tentara AS. Akibat penyiksaan dan perkosaan itu, tambah Ridley, banyak tawanan perempuan yang melakukan aksi mogok makan. (ln/DT/PTV)