Tentara AS Ke Haiti: Bantuan Atau Invasi?


Pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat pertama telah menuju ke Haiti Kamis pekan lalu, atas perintah menlu Hillary Rodham Clinton. Ia menyebut pemberangkatannya itu sebagai upaya besar pemberian bantuan kepada korban gempa.

Kelompok pertama—sedikitnya 100 orang—dari Divisi Airborne ke-82 segera mendirikan tenda dan kebutuhan lainnya, sementara beberapa jam setelah mereka sekitar 800 personil lainnya sedang menyusul mereka. Kemudian berturut-turut, mereka datang di atas sejumlah 2.200 marinir, untuk membantu kebutuhan keamanan, pencarian dan penyelamatan, serta pengiriman bantuan kemanusiaan.

Lebih dari setengah lusin kapal-kapal militer AS juga berlayar, dengan yang terbesar, kapal induk USS Carl Vinson, tiba Kamis pekan lalu juga.

Pada hari Minggu (17/1), pasukan Amerika sudah berjumlah 10.000 orang. Jumlah yang tentunya sangat banyak dan membuat orang mengerutkan dahi serta mempertanyakan hal itu. Hugo Chavez—presiden Venezuela—menyebut bahwa tentara Amerika sedang mendudukki Haiti atas nama kemanusiaan.

Jumlah pemberangkatan itu tentu saja melebihi negara manapun dalam pengerahan pasukan penyelamatan. Rakyat Amerika sendiri banyak bertanya: begitu banyak seperti itu, untuk apa? Lantas bagaimana dengan peran-peran dan pasukan penyelamatan dari negara-negara lainnya?

Lebih dari itu, sejarah kelam AS di Haiti memberikan tanda tanya yang lain. Walau tidak sama dengan kasus Afghanistan dan Iraq yang dicap sarang teroris, namun rakyat Haiti, sebagai penduduk negara ketiga sudah kadung dicap mendapatkan perlakuan yang tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup mereka, dari AS.

Mungkin dalam bentuknya yang lain, pasukan AS di Haiti akan sama dengan mereka yang bertugas di Afghanistan, Iraq, Yaman, atau Somalia. Rakyat Haiti, yang tengah berkabung, layak untuk curiga dan berjaga-jaga. (sa/reuters/worldnews)