Eramuslim.com – Pasukan Angkatan Bersenjata Azerbaijan berhasil memukul pasukan militer Armenia, setelah mendapat dukungan tentara bayaran Turki Sebuah tank militer Armenia hancur terkena serangan rudal jet tempur Angkatan Udara Turki (THK), di Nagorno-Karabakah, Senin 28 September 2020.
Menurut laporan Daily Mail, Turki mengerahkan sejumlah unit jet tempur F-16 Fighting Falcon untuk mendukung militer Azerbaijan menghadapi armada tempur Armenia. Akan tetapi, Turki tak menurunkan pasukan organiknya. Melainkan tentara-tentara bayaran yang dimobilisasi dari Suriah dan Libya.
Pertempuran pecah di Nagorno-Karabakh, seteleh jet-jet tempur Turki menargetkan sejumlah tank militer Armenia yang menduduki wilayah tersebut.
Sebuah video beredar, yang menunjukkan sebuah tank militer Armenia hancur terkena serangan rudal jet tempur F-16 Turki. Menurut laporan Kementerian Pertahanan Armenia, tiga awak tank yang merupakan pasukan separatis Armenia tewas akibat serangan tersebut.
Diketahui, kendaraan tempur lapis baja milik Angkatan Bersenjata Armenia itu adalah tank T-72 buatan Uni Soviet. Tank tersebut sebelumnya terlacak keberadaannya oleh drone intai TB-2 pasukan Azerbaijan. Setelah dikunci posisinya, jet tempur F-16 Turki pun meluncurkan rudal dan menghancurkannya.
Dalam laporan lain dari Anadolu Agency, sebuah foto beredar menunjukkan bangkai tank militer Armenia hancur. Sementara itu, di dekat bangkai tank terlihat mayat pasukan separatis Armenia yang tewas.
Kehadiran tentara bayaran Turki tak lepas dari instruksi Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang sebelumnya menyatakan dukungan penuh terhadap Azerbaijan dalam koflik di perbatasan.
“Ini adalah saatnya untuk mengkahiri krisis di kawasan yang dimulai dengan pendudukan Nagorno-Karabakh. Mereka tidak bisa menyelesaikan masalah itu. Dan sekarang, Azerbaijan harus mengatasi sendiri masalah ini,” ucap Erdogan.
Sementara itu, situasi yang kian memburuk membuat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan pertemuan darurat di Kantor Pusat, New York, Amerika Serikat (AS). Belgia menjadi negara pertama yang menginisiasi pertemuan tersebut, dan didukung oleh Inggris, Prancis, Jerman, dan Estonia.