Ahad 6 Januari lalu , Presiden Suriah Basyar Asad berpidato di televisi. Seperti tawarannya tahun lalu, ia menawarkan rekonsiliasi bangsa Suriah. Namun ia menuding bahwa revolusi yang meletus di Suriah bukan revolusi rakyat melainkan revolusi yang direkayasa dari luar negeri.
Ia menjelaskan bahwa konflik di Suriah adalah konflik antara negara dan musuh-musuhnya. Yaitu pihak-pihak yang disebutnya teroris dan pembawa ideologi asing yang tak dikenal oleh bangsa Suriah.
Asad kemudian menawarkan solusi politik di Suriah dengan syarat perlawanan dihentikan. Ia juga mendesak negara-negara yang disebutnya mensponsori pemberontakan agar menghentikan dukungan dana dan senjatanya.
Bagaimana pandangan mujahidin di Suriah tentang hal ini? Abu Habib, salah satu pimpinan revolusi di kawasan barat Suriah, menyatakan. “Ini sia-sia. Orang bodoh itu (Basyar Asad) hanya mengulang tawarannya tahun kemarin. Tidak ada yang baru dalam pidato yang membuang waktu itu.”
Ia kemudian menegaskan, “Mujahidin tak akan mempedulikan tawaran politik apapun dari Asad. Kami akan terus bertempur sampai kami bisa menang, Insya Allah.”
Catatan Relawan HASI dari Suriah