Taliban Pakistan Ancam Serang Gedung Putih

Pimpinan Taliban di Pakistan, Baitullah Mehsud mengancam akan melakukan serangan ke AS dengan target Gedung Putih. Serangan ini, kata Mehsud, akan membuat dunia tercengang. Sementara Menlu AS Hillary Clinton menyatakan, kelompok Taliban yang bersedia menghentikan kekerasan selayaknya diikutsertakan dalam proses rekonsiliasi di Afghanistan.

Mehsud dalam wawancara lewat telepon dengan AFP dan radio lokal, Radio Dewa mengatakan bahwa Gedung Putih akan menjadi target potensial dari serangan mereka. "Kami akan melakukan serangan ke Washington, yang akan membuat tercengang seluruh dunia," ancam Mehsud, pimpinan Tehrik-i-Taliban di Pakistan.

Sebelum ini, Presiden AS Barack Obama sudah mengeluarkan peringatan bahwa kelompok al-Qaida dan afiliasinya sedang merencanakan serangan-serangan baru ke AS di tempat-tempat persembunyian mereka di wilayah Pakistan.

Namun Juru Bicara FBI, Richard Kolko mengatakan bahwa pihaknya belum melihat adanya tanda-tanda khusus ancaman ke AS. "Dia sudah sering melontarkan ancaman serupa ke AS," kata Kolko mengomentari ancaman Mehsud.

Kelompok Taliban di Pakistan diyakini sebagai bagian dari jaringan al-Qaida dan Taliban yang berbasis di Afghanistan. Mereka ikut melakukan perlawanan terhadap pasukan AS dan NATO di Afghanistan dari perbatasan-perbatasan Afghanistan-Pakistan. Kelompok ini juga dicurigai sebagai pelaku aksi-aksi kekerasan di dalam negeri Pakistan.

Mehsud, hari Selasa kemarin mengklaim bertangggung jawab atas insiden serangan ke akademi kepolisian Pakistan di kota Lahore. Menurut Mehsud, serangan itu dilakukan sebagai balasan atas serangan-serangan misil AS ke wilayah perbatasan Pakistan yang menimbulkan korban jiwa di pihak warga sipil.

AS Tawarkan Rekonsiliasi

Di tempat terpisah, Menlu AS Hillary Clinton menawarkan rekonsiliasi pada kelompok Taliban yang bersedia mengakhiri perlawanannya terhadap pasukan asing di Afghanistan. Ia menyatakan mendukung upaya pemerintah Afghanistan untuk melakukan pemilahan antara "anggota kelompok al-Qaida dan Taliban yang ekstrim dengan anggota yang bersedia bekerjasama dengan AS dan pemerintahan Afghanistan."

"Mereka selayaknya ditawarkan kehormatan untuk berekonsiliasi dan berintegrasi ke dalam masyarakat yang damai, jika mereka bersedia menghentikan aksi-aksi kekerasan, memutus hubungan dengan al-Qaida dan mendukung konstitusi," tukas Clinton dalam pidatonya Hague, Belanda dalam acara konferensi internasional yang membahas masalah Afghanistan.

Konferensi itu digelar beberapa hari setelah AS mengumumkan perubahan kebijakan yang akan diterapkannya di Afghanistan. Konferensi dihadiri oleh lebih dari 70 negara untuk membahas komitmen negara-negara tersebut terhadap masalah Afghanistan.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dalam konferensi itu mengungkapkan niatnya untuk melakukan dialog dengan para mantan anggota Taliban untuk memulihkan situasi di negaranya. Dalam pidatonya, Karzai mengungkapkan tentang tentang tempat-tempat persembunyian para anggota kelompok al-Qaida dan Taliban di wilayah perbatasan negaranya dengan Pakistan. Ia meminta agar tindakan militer yang dilakukan untuk memberangus kelompok-kelompok itu harus lebih efektif untuk melindungi warga sipil.

"Rakyat Afghanistan berharap tindakan militer dilakukan untuk mencegah penyusupan para teroris dari perbatasan Afghanistan, tapi tindakan militer itu harus lebih efektif agar warga sipil tidak menjadi korban," kata Karzai. (ln/prtv/aljz)