Israel tidak peduli dengan protes dari rakyat Palestina dan dunia internasional atas penggalian yang dilakukannya di kompleks Masjid al-Aqsha. Lewat voting, kabinet Israel memutuskan bahwa penggalian itu harus tetap dilanjutkan.
Seorang sumber di pemerintahan Israel mengatakan, semua menteri sepakat mengatakan, bahwa penggalian yang dilakukan tidak akan membahayakan tempat suci ketiga bagi umat Islam itu. Hanya tiga menteri yang menentangnya.
"Pemerintah menyetujui proyek pembangunan menuju ke Pintu Gerbang Mughrabi dilanjutkan, sesuai kerangka kerja yang sudah diajukan dan dalam waktu secepat mungkin, " kata sumber tadi, Minggu (11/2).
Israel menuding kekhawatiran negara-negara Arab dan pemuka Islam yang menyatakan bahwa penggalian itu berpotensi merusak pondasi bangunan Kubah Batu dan Masjid al-Aqsha, bermotifkan politik.
Menurut Israel, penggalian itu dilakukan untuk proyek pembuatan jalan setapak bagi para pejalan kaki, yang menuju ke arah kompleks Masjid al-Aqsha. Jalan setapak itu dibangun untuk memperbaiki bagian yang rusak akibat badai dan gempa bumi yang terjadi pada tahun 2004.
Namun kenyataannya, penggalian itu melibatkan badan arkeologi Israel. Penggalian yang dilakukan sekitar 50 meter dari lokasi Haram al-Sharif- di lokasi ini terdapat Kubah Batu dan masjid al-Aqsha-adalah untuk mencari peninggalan-peninggalan bersejarah yang diyakini milik bangsa Yahudi, antar lain Tembok Ratapan dan Kuil Haikal Sulaiman.
Penggalian terang-terangan yang dilakukan Israel sejak Selasa pekan kemarin, menimbulkan aksi protes dan kecaman dari para pemuka Muslim dan pemerintah serta rakyat Palestina. Dalam aksi unjuk rasa hari Jumat (9/2), terjadi bentrokan antara warga Palestina dan polisi Israel, menyebabkan 17 warga Palestina dan 15 anggota polisi Israel terluka.
Dalam aksi protes tersebut, polisi Israel terpaksa mengevakuasi para jamaah Yahudi yang sedang melakukan ritual keagamaan di Tembok Ratapan.
Sebelum rapat kabinet hari Minggu kemarin, PM Israel Ehud Olmert lagi-lagi berdalih bahwa kerusakan yang terjadi di lokasi yang saat ini sedang dilakukan penggalian, sudah membahayakan dan perlu renovasi.
Ia mengklaim tidak ada sentimen keagamaan dalam proyek penggalian itu dan menuding kelompok "ekstrimis Arab" telah memicu kekerasan.
Juru bicara kepolisian nasional Israel, Micky Rosenfeld mengatakan, aparatnya sudah menangkap lima orang dalam aksi protes yang berlangsung selama tiga hari ini di Yerusalem Timur.
Sementara itu, Liga Arab dalam pertemuan di Kairo hari Sabtu (10/2) mendesak negara-negara Barat memaksa Israel untuk segera menghentikan penggalian yang mereka sebut sebagai "agresi." (ln/aljz)