Tak Boleh Berjilbab, Muslimah Saudi Batalkan Kuliah ke Perancis

Seorang mahasiswi Saudi memilih melepas beasiswa yang diraihnya untuk memperdalam ilmu kedokteran ke Perancis, daripada harus melepas jilbabnya. Ia memutuskan tidak pergi ke Perancis, setelah diberitahu bahwa ia tidak diizinkan mengenakan jilbab di tempat ia akan menimba ilmu di negeri yang dikenal dengan Menara Eiffel-nya itu.

"Seharusnya ada kesepakatan yang jelas antara pemerintah Saudi dan Perancis, sehingga Muslim yang datang ke Perancis untuk keperluan pendidikan tetap bisa mengenakan jilbabnya, " kata Muslimah Saudi bernama H. Abdulhadi-ia menolak memberikan nama depannya-yang semual berencana ingin memperdalam ilmu kebidanan dan kandungan di Perancis.

Tapi seorang pegawai di kedutaan Perancis mengatakan, hukum Perancis tidak mengizinkan pelajar dan mahasiswa mengenakan jilbab atau simbol keagamaan lainnya di lingkungan sekolah atau kampus, dan aturan ini berlaku untuk semua penganut agama.

"Di luar lingkungan pendidikan, mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan, " kata pegawai kedutaan tadi sambil menegaskan bahwa hukum ini tidak bisa diubah dan telah ditiru di sejumlah negara lainnya.

Abdulhadi mengatakan, ia tidak bisa melepas jilbabnya. "Jilbab adalah bagian dari keyakinan saya, hal yang tidak bisa saya abaikan… para pejabat seharusnya membuat pengecualian, " ujarnya.

Wajar jika muslimah Saudi itu sangat kecewa, apalagi ia telah mengeluarkan dana lebih dari 7.000 riyal Saudi agar bisa melanjutkan kuliahnya di Perancis. Namun ia menegaskan, tidak risau dengan jumlah uang yang dikeluarkannya dan beasiswa yang harus dilepasnya. Bagi Albdulhadi, jilbabnya lebih penting dari apapun juga.

Masalah jilbab menyulitkan para mahasiswi Saudi yang sedang menuntut ilmu di Perancis. Seorang mahasiswi kedokteran di Perancis mengakui bahwa muslimah berjilbab di kampusnya diminta melepas jilbabnya di lingkungan kampus.Beberapa mahasiswa, berdasarkan fatwa para imam Muslim di Perancis, melepas jilbabnya agar tetap bisa kuliah. Sedangkan mahasiswa yang tidak mau melepas jilbab, memutuskan untuk berhenti kuliah dan kembali ke Arab Saudi.

"Kami hanya ingin menimba ilmu agar bisa membantu masyarakat kami di Saudi. Kami berupaya dan mempertahankan agama kami semampu kami, " kata seorang mahasiswi kedokteran asal Saudi yang mengenakan bandana untuk menutup rambutnya.

Kedutaan besar Saudi di Perancis, mengaku tidak pernah mendapatkan pengaduan dari mahasiswi Saudi yang sedang belajar di Perancis terkait larang berjilbab. Namun, Kepala Komisi Amar Ma’ruf Nahi Munkar di Makkah, Ahmed Al-Ghamdi mengecam negara-negara Barat yang masih melarang jilbab di lembaga-lembaga pendidikan.

"Barat mempromosikan kebebasan bagi semua orang, termasuk para homoseks tapi melarang jilbab, tindakan yang bertentangan dengan apa yang mereka suarakan, " kata al-Ghamdi.

Ia meminta para mahasiswi berjilbab tidak melepas jilbabnya dalam kondisi sesulit apapun. "Orang harus bangga dengan agamanya dan jangan menyerah, " tandasnya. (ln/arabnews)