Tahun ajaran di Palestina akan dimulai tanggal 1 September mendatang. Namun para pelajar di Jalur Ghaza terancam tak bisa belajar, karena sampai saat ini tidak ada buku-buku yang sangat mereka butuhkan.
Kekhawatiran itu diungkapkan oleh Direktur Program Bantuan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) John Ging. "Sekitar 200. 000 anak-anak akan mulai masuk sekolah tanggal 1 September, tapi mereka tidak memiliki buku-buku yang mereka perlukan, " kata Ging.
Ketiadaan persediaan buku-buku itu ternyata disebabkan oleh otoritas pemerintah Israel, yang melarang pengiriman kertas ke Jalur Ghaza. Setidaknya ada lima truk pembawa kertas yang tertahan di perbatasan Israel-Jalur Ghaza, padahal kertas-kertas itu sangat dibutuhkan untuk mencetak buku-buku pelajaran sekolah di Palestina.
Kalaupun kertas-kertas itu bisa masuk ke Ghaza, akan sangat terlambat dan para pelajar tetap harus belajar tanpa buku-buku teks. Menurut Kantor PBB Urusan Bantuan Kemanusiaan, untuk mencetak lebih dari 350. 000 buku yang diperlukan, percetakan-percetakan membutuhkan waktu 20 sampai 25 hari, itupun dengan asumsi listrik berfungsi dengan normal.
Sejak Hamas menguasai Ghaza bulan Juni kemarin, Israel sengaja mempersulit masuknya barang-barang kebutuhan warga Ghaza. Belum lama ini, Israel juga melarang pengiriman bahan bakar minyak ke Jalur Ghaza, sehingga pembangkit-pembangkit listrik di wilayah itu tidak bisa memproduksi kebutuhan listrik masyarakat dan menyebabkan wilayah Ghaza gelap gulita.
Sejumlah organisasi bantuan kemanusiaan internasional mengeluh, karena Israel juga melarang masuk bantuan-bantuan yang mereka kirim ke Ghaza. "Kami berusaha mengirim bahan-bahan bangunan ke Ghaza, tapi tidak berhasil, " kata Sebastian Kuster dari organisasi sosial CARE Prancis.
Padahal bahan-bahan bangunan yang mereka kirim, antara lain pipa dan semen akan digunakan untuk proyek pembuatan sanitasi di Ghaza.
Keluhan juga disampaikan Ging dari UNRWA. "Kami tidak bisa mendapatkan suplai bahan-bahan kebutuhan yang penting, seperti bahan-bahan bangunan untuk membangun rumah, sekolah-sekolah, klinik kesehatan dan pengerjaan proyek-proyek sanitasi demi kesehatan warga Ghaza, " ujarnya. (ln/mol)