Amerika Serikat akan mendesak PBB agar menjatuhkan sanki baru bagi Iran pada tahun ini juga, jika upaya dialog Presiden Barack Obama untuk menghentikan program nuklir Iran tidak berhasil.
Hal tersebut diungkapkan oleh para diplomat AS pada Kami malam. Mereka mengatakan, AS masih menunggu hasil pemilu di Iran bulan Juni mendatang, sebelum menjatuhkan sanksi baru bagi Iran.
Selama pertikaian nuklir Iran berlangsung, Iran sudah dikenai tiga kali sanksi oleh dunia internasional karena menolak menghentikan program nuklirnya.
AS dan sekutunya Israel tetap berkeyakinan bahwa Iran menjadi program nuklirnya sebagai kamuflase untuk mengembangkan persenjataan nuklir. Padahal laporan IAEA dan laporan badan intelejen AS sendiri disebutkan bahwa kemampuan nuklir Iran masih jauh dari level yang dibutuhkan untuk membuat bom nuklir.
Awal pekan kemarin, Menlu Inggris David Miliband juga menghimbau negara-negara Barat untuk tidak terlalu cepat mengenakan sanksi baru pada Iran di saat AS dan Iran sedang berusaha memperbaiki hubungan kedua negara.
AS dan negara-negara Barat lainnya berharap pemilu di Iran akan dimenangkan oleh sosok yang moderat dan mau menerima tawaran Presiden Obama yang ingin membuka kembali hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran.
Namun para analis politik berpendapat persoalan yang lebih penting dari sekedar hasil pemilu Iran bulan Juni mendatang adalah persoalan sikap Israel yang sedang menunggu kesempatan untuk mewujudkan ambisinya menghancurkan fasilitas-fasilitas nuklir Iran dengan kekuatan militer. Seberapa lama Israel mau bersabar untuk menunggu keputusan AS apakah akan menyerang Iran atau tidak.
"Israel tidak akan mau menunggu terlalu lama. Saya tidak memprediksikan dalam hitungan bulan, tapi saya pikir Iran tidak punya waktu lama untuk mengubah kebijakan nuklirnya. Iran punya kesempatan sekaran dan harus memanfaatkannya," kata Mark Fitzpatrick, mantara pejabat Deplu AS dan pakar nonproliferasi di International Institute for Strategic Studies yang berbasis di London.
Dalam wawancara dengan majalah Atlantik pekan ini, Perdana Menteri Israel yang baru Benjamin Netanyahu dan sejumlah penasehat militer Israel juga sudah menegaskan bahwa mereka tidak mau menunggu terlalu lama untuk mengetahui keputusan AS atas persoalan nuklir Iran.
Israel mengancam akan melakukan serangan yang sama seperti yang dilakukannya ke reaktor nuklir Irak, Osiraq pada tahun 1981. (ln/aby)