Awal tahun baru 2007, seperti membuka lembar hitam baru bagi pasukan AS di Irak. Seiring awal tahun ini, jumlah korban tewas pasukan AS di Irak genap menjadi tiga ribu orang. Jumlah itu merupakan total jumlah pasukan yang tewas sejak AS menginvasi Irak pada Maret tahun 2003.
Serangan mutakhir yang menewaskan tentara AS menimpa prajurit Dastin Donica, pemuda usia 22 tahun, yang tewas pada 28 Desember lalu. Awalnya, berita duka tentang kematian Dastin disembunyikan. Tapi berita itu lalu bocor juga. Dastin tewas akibat ledakan bom di sisi jalan di kota Baghdad pada Sabtu kemarin. Selain korban tewas mencapai tiga ribu orang, AS juga menderita kerugian akibat cedera yang diderita minimal 22 ribu tentaranya di Irak.
Diperkirakan, jumlah tentara yang tewas akan semakin bertambah banyak pada masa berikutnya. Dan inilah yang akan kian menambah tekanan atas pemerintahan Bush dari rakyat AS perihal sepak terjangnya di Irak yang semakin kontroversial. Bush harus bisa menetapkan batas akhir keberadaan pasukannya di Irak, yang kian hari kian menambah kerugian bagi AS, materil maupun immateril.
Dalam komentar tentang hal tersebut, jubir Gedung Putih Scot Stanzel mengatakan, "Bush merasa sedih terkait kematian pasukan AS yang mencapai angka 3.000 orang di Irak. Tapi ia mengingatkan rakyat AS yang anti perang dengan mengatakan, bahwa kemenangan tidak datang secara cepat dalam konteks peperangan terhadap terorisme."
Sementara itu, Jubir Menteri Pertahanan AS di Pentagon Kolonel Mark Balystrirus mengatakan, "Orang-orang AS sangat menyayangkan semua yang telah hilang di Irak." Terlebih angka 3.000 korban tewas yang dianggap dramatis dan dijadikan sebagai alat penekan bagi pemerintah dari kalangan anti perang. Para pengamat menganggap angka itu merupakan angka seperti bencana bagi pasukan AS. Tapi diduga hal itu tidak akan memberi pengaruh mendasar bagi strategi militer AS yang selama ini dijalankan di Irak.
Bulan Desember 2006, adalah bulan paling berdarah bagi tentara AS di Irak. Hanya dalam satu bulan saja, jumlah pasukan AS yang tewas mencapai 111 orang. Sementara ribuan warga sipil Irak juga terbunuh akibat ketidakmampuan militer Irak menghentikan aksi kekerasan antar etnik yang muncul pascaAS bercokol di Irak. (na-str/iol)