Dari Tawanan jadi Pembebas
Pada tahun 2011, Yahya al-Sinwar dibebaskan bersama 1.027 tawanan lainnya dalam kesepakatan pertukaran tawanan antara Gerakan Perlawanan Islam Hamas Palestina dan penjajah ‘Israel’.
Selama perayaan kepulangannya di Kota Gaza, pemimpin Hamas yang fasih berbahasa Ibrani itu mengungkapkan keinginannya agar Perlawanan membebaskan semua tawanan yang tersisa di penjara-penjara ‘Israel’.
Setelah bergabung dengan Hamas, ia naik pangkat dengan cepat, menggantikan Ismail Haniyah sebagai Kepala Politik Gaza pada tahun 2017.
Yahya al-Sinwar, salah satu tahanan Palestina yang paling lama mendekam di penjara Zionis, saat ini menjadi ujung tombak dalam upaya revolusioner untuk membebaskan saudara-saudaranya.
Yahya al-Sinwar yang dibebaskan bersama 1.027 warga Palestina lainnya dengan imbalan satu orang tentara Israel yang diculik pada tahun 2017, hari ini bertanggung jawab atas puluhan tentara dan pemukim Israel yang ditawan di Gaza.
Enam tahun setelah meninggalkan penjara ‘Israel’, yang dikuasai pemerintahan Netanyahu pada tahun 2017, Yahya Al-Sinwar hari ini menggunakan pengaruhnya terhadap Netanyahu dan kabinet perangnya untuk membebaskan semua tahanan Palestina.
Setelah mengharapkan Perlawanan untuk membebaskan semua tahanan Palestina yang masih berada di penjara ‘Israel’, enam tahun kemudian, al-Sinwar menyusun rencana dan memberlakukan syarat-syarat untuk pembebasan setiap orang Palestina yang dipenjara oleh pendudukan Zionis.
Pada tahun 2018, al-Sinwar memimpin Great March of Return dalam upaya untuk secara damai mematahkan pengepungan di Gaza dan bertemu dengan pasukan Israel yang membantai para pengunjuk rasa damai. Tiga tahun kemudian, Yahya Sinwar memimpin langsung “Operasi Taufan Al-Aqsha” dan berhasil mematahkan pengepungan tersebut, suatu yang ia idam-idamkan dan tertunda puluhan tahun. (sumber: Hidayatullah)