Tahfiz Quran di TV Afghanistan

Sebuah tayangan televisi di Afghanistan yang menyedot perhatian publik baru-baru ini ternyata bukan hanya sekadar tayangan tentang model, lagu, dan soal bakat menari. Melainkan, tayangan tentang pentas menghafal Alquran.

"Saya sangat berharap bisa menang!" ucap Ahmad Hasib Kazemi, salah seorang dari tiga finalis Quran Star Show.

"Saya sudah bilang kepada teman-teman dan keluarga saya untuk memberikan suara kepada saya," tambah pemuda 31 tahun yang sehari-hari bekerja di toko sepatu di pasar Kabul.

Seperti umumnya acara realiti show di beberapa negara, acara ini menampilkan para peserta yang langsung tayang di televisi. Sementara itu, penentuan pemenang diambil dari suara penonton melalui sms misalnya. Dalam acara ini, para peserta secara bergantian memperdengarkan bacaan Alquran yang mereka hafal untuk kemudian penonton yang menilai siapa di antara mereka yang terbaik.

Selama lebih dari dua bulan, para peserta yang semula berjumlah 250 orang tereliminasi hingga menjadi tinggal 3 orang.

Ahmad Bahir, seorang siswa usia 19 tahun mengaku sudah berlatih selama 4 jam per hari untuk mempersiapkan diri dalam acara ini. Dia berharap bisa menjuarai lomba ini yang di antara hadiahnya berupa beasiswa belajar di Mekah.

"Saya nggak punya uang untuk sekolah ke sana, mudah-mudahan ini bisa membantu saya meraih cita-cita itu," ucap Ahmad Bahir bersemangat.

Satu-satunya finalis wanita adalah Uzra Mohamedi, seorang siswa usia 16 tahun. "Saya sudah giat berlatih bersama ibu saya. Dan saat ini saya benar-benar siap," ucapnya tidak kalah semangat.

Lomba diselenggarakan di aula pernikahan Marco Polo di pinggiran Kota Kabul yang langsung ditayangkan oleh TV Afghanistan selama delapan minggu. Dan ini merupakan tayangan yang menyedot 80 persen penonton di Afghanistan.

"Sejak tayangan itu, masyarakat banyak yang mengenali saya walaupun di jalan," ucap Bahir, salah seorang finalis. "Kekuatan TV ternyata sangat luar biasa!"

Kompromi

Acara seperti ini merupakan kompromi antara produser dengan pemerintah. Kebanyakan dari 13 saluran TV swasta di sana selalu menayangkan video klip lagu-lagu Barat dan film. Umumnya selalu mendapat kritik dari para ulama yang mengklaim acara tersebut sangat tidak Islami.

Bahkan, ada televisi kabel yang akhirnya dilarang tayang oleh pemerintah setelah mendapat protes dari dewan ulama karena tayangannya yang seronok dan penuh kekerasan.

Acara pentas Quran yang diselenggaran oleh TV Tolo ini akhirnya bisa memunculkan ketenangan baik pemerintah maupun dewan ulama setempat. Selain itu, acara seperti ini akan merangsang masyarakat untuk selalu membaca Alquran, mendidik mereka untuk dekat dengan Alquran, dan sekaligus memunculkan bintang-bintang dalam ilmu Alquran.

"Ini merupakan program yang patut dicontoh," ucap Abdul Karim Khurram, menteri informasi dan budaya. "Stasiun televisi hendaknya memperhatikan pemikiran dan budaya pemirsanya." (Io/Mn)

ِا