Sekitar 600 tahanan di Irak akhirnya kembali menghirup udara bebas, setelah pemerintahan Nuri al-Maliki membuat kebijakan untuk membebaskan sekitar 2,500 tahanan yang berada di penjara-penajara Irak maupun AS.
Maliki mengatakan, mereka yang dibebaskan adalah orang-orang yang ditahan tanpa bukti yang jelas atau karena salah tangkap.
Lebih dari 100 tahanan diangkut ke Baghdad dengan menggunakan bis, Rabu (7/6). Mereka disambut oleh politisi dari kelompok Sunni Arab, Omar Juburi yang langsung memberikan santunan sebesar 200 dollar untuk setiap orang.
Saat ini diperkirakan ada sekitar 29.000 warga Irak yang menjadi tahanan di penjara-penjara AS maupun penjara Irak. Koresponden BBC di Irak menyebutkan, pembebasan tahanan ini akan menjadi pembebasan terbesar sejak invasi AS ke negeri itu pada 2003 lalu.
Suasana haru mewarnai pembebasan para tahanan Rabu kemarin. Begitu mereka turun dari bis, sejumlah mantan tahanan itu ada yang menangis dan bersujud, tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan pada anggota keluarga mereka yang sudah menunggu.
"Kalian kembali ke masyarakat sekarang dan kalian akan menjadi bagian dari masyarakat serta berbaur kembali dengan mereka," kata Juburi yang juga direktur hak asasi manusia di Partai Islam Irak.
"Kami akan melakukan upaya-upaya desakan agar tahanan-tahanan lain dibebaskan dan membuat wajah mereka kembali tersenyum," tambah Juburi.
Kebanyakan tahanan diduga dipenjara karena dicurigai terlibat dalam aksi-aksi kekerasan di Irak, menyusul pertikaian sektarian antara Muslim Sunni dan Syiah pascapeledakan masjid Syiah di Samarra beberapa waktu lalu.
Seorang tahanan yang dibebaskan mengungkapkan, ia berada ditahanan selama 16 bulan tanpa tuduhan yang jelas. Namun ia pernah ditanyai soal keterlibatannya mendanai aksi terorisme. (ln/bbc)