Ulama Abu Qatada, yang diadili atas tuduhan terorisme di Yordania, Selasa 15/7/2014 , mengecam deklarasi khilafah oleh jihadis Sunni di Irak dan Suriah adalah tidak sah.
“Pengumuman khilafah oleh Negara Islam (IS) adalah batal dan tidak berarti, karena tidak disetujui oleh para jihadis lain di bagian lain dunia,” tulis Abu Qatada dalam dokumen 21 halaman yang diterbitkan di situs jihad.
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang telah berperang di negara tetangga Suriah dan Irak, pada tanggal 29 Juni memproklamasikan “khalifah” lintas kedua negara dan dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi, yang kini menyebut dirinya Khalifah Ibrahim.
“Kelompok ini tidak memiliki wewenang untuk memerintah seluruh umat Islam dan deklarasi mereka tidak berlaku untuk seorang pun kecuali diri mereka sendiri,” kata Abu Qatada.
“Ancaman untuk membunuh lawan, meminggirkan kelompok lain dan cara kekerasan dalam pertempuran merupakan dosa besar, yang mencerminkan realitas kelompok,” tulis ulama kelahiran Palestina itu.
Abu Qatada, yang telah berulang kali mengkritik Daulah Islam, mendesak umat Islam lainnya bergabung dengan kelompok jihad Sunni.
“Mereka berkasih sayang dengan kelompok jihad lainnya. Bagaimana mereka berurusan dengan orang miskin, yang lemah dan orang lain.”
Gerakan jihad Yordania umumnya didominasi oleh kelompok-kelompok anti-IS, dan mendukung Al-Qaeda dan Front Al-Nusra.
Pernyataan Abu Qatada datang setelah ideologis jihad Yordania , Issam Barqawi, atau dikenal sebagai Abu Mohammed al-Maqdessi, mengecam deklarasi kekhalifahan pada 2 Juli lalu. Maqdissi nyatakan kepada Daulah Islam untuk lakukan ” reformasi, bertobat dan menghentikan pembunuhan Muslim dan jangan mendistorsi agama.”
Abu Qatada, yang dideportasi dari Inggris pada Juli 2013 setelah alami hukuman penjara selama 10 tahun, dibebaskan bulan lalu dengan tuduhan merencanakan serangan terhadap sekolah Amerika di Amman pada tahun 1999. Secara hukum ia seharusnya bebas , tetapi dia masih tetap di penjara, menghadapi tuduhan teror lain, merencanakan untuk menyerang turis di Yordania selama perayaan milenium baru baru ini. (Arby/Dz)