Syaikh Tantowi: Liberal Ataukah Kepercayaan Mubarak?

Bagi sebagian orang, Syaikh Mohammed Sayed Tantawi, Pemimpin agama Mesir yang juga merupakan Syaikhul Kabir al-Azhar, merupakan orang yang blak-blakan; dan untuk sebagian orang lain, ia adalah seorang juru bicara dari Mesir.

Syaikh Tantawi, yang telah meninggal karena serangan jantung pada usia 81, semasa hidupnya tidak pernah takut dan tidak pernah jauh dari kontroversi. Sejak pengangkatannya pada tahun 1996 sebagai kepala Al-Azhar—masjid dan universitas di Mesir yang telah berusia 1000 tahun—Ia hampir terus-menerus memicu perdebatan karena pandangannya yang bisa dikatakan liberal.

Dia mengecam sunat pada perempuan dan mengatakan perempuan harus dilibatkan dalam pemerintahan. Ia mengatakan bahwa adalah sah bagi bank untuk mengeluarkan bunga, sesuatu yang banyak ulama lain sangat bertentangan karena sudah jelas dilarang Quran.

Tahun lalu ia melarang cadar dari al-Azhar. Ia mendukung hak Prancis untuk melarang pemakaian jilbab di sekolah negeri. Dia pernah menjabat tangan Presiden Israel, Shimon Peres.

Banyak Muslim percaya bahwa, semua itu, hanya dilakukannya karena adanya tekanan dari orang yang telah memberikan pekerjaan kepadanya, presiden Mesir, Hosni Mubarak.
Sekarang ini, Islam tidak mempunyai Paus dan tidak punya pula Vatikan. Namun demikian, al-Azhar (yang secara harfiah berarti "yang cemerlang") sangat penting dan dihormati.

Ketika pemimpinnya mengeluarkan fatwa, jutaan Muslim Sunni di seluruh dunia akan mendengarkan. Didirikan di Kairo pada AD970, al-Azhar menjadi lembaga unggulan untuk studi tentang Qur’an dan bahasa Arab. Sejak lama, sudah ada ketegangan tertentu antara Al-Azhar dan pemerintah Mesir. Hal ini memuncak pada awal 1960-an ketika secara efektif dinasionalisasi oleh Presiden Mesir Gamal Abdel-Nasser.

Melihat agama sebagai potensi ancaman terhadap pemerintahannya, Nasser ingin menjaga lembaga penting ini di bawah kontrol negara. (sa/bbc)