Pimpinan cabang utara Gerakan Islam di Israel, Syaikh Raid Shalah, mengatakan bahwa mantan Presiden Mesir yang digulingkan memang sengaja membuat Palestina terpecah dan ia tidak pernah ingin kedua faksi Palestina untuk bersatu.
Syaikh Shalah sangat mengecam Hosni Mubarak dan cara dia menangani masalah rekonsiliasi Palestina.
"Mubarak sengaja menjaga dua faksi Palestina terpecah dan lebih suka menjaga perbatasan Rafah terus menerus tertutup, lapor harian Mesir Al Masry Al Youm.
Syaikh Shalah menyatakan kegembiraannya bahwa Mesir sekali lagi memainkan peran utama di kawasan itu dengan memediasi rekonsiliasi Palestina.
"Kita sekarang menuai buah dari revolusi besar Mesir," tambahnya.
Dia mengatakan bahwa fase baru kewaspadaan telah dimulai di dunia Arab, yang menyaksikan pemberontakan rakyat secara masif.
"Keberhasilan revolusi di Tunisia, Mesir dan negara-negara Arab lainnya dalam waktu dekat meyakinkan saya bahwa kemenangan berikutnya akan ada di Yerusalem (al-Quds) dan Al-Aqsha, setelah runtuhnya pendudukan Israel," kata Syaikh Shalah menegaskan.
"Al-Aqsha dalam bahaya pada saat pendudukan Israel terus melakukan penodaan dan menyebar permusuhan setiap hari," katanya.
Ia juga mengecam pernyataan yang dibuat oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang meminta Fatah untuk mencabut perjanjian rekonsiliasi dengan Hamas.
"Pernyataan ironis dari Netanyahu yang memberikan pilihan untuk Fatah: rekonsiliasi dengan Israel atau rekonsiliasi dengan Hamas," katanya.(fq/prtv)