Syaikh Mahmud Shiyam: Para Pejabat Fatah, Didominasi Orang-Orang "Sekuler"

Anggota Persatuan Ulama Palestina di Yaman Syaikh Muhammad alsheikh Mahmud Shiyam mengatakan, rakyat Palestina sekarang cenderung mendukung konsep perjuangan yang diusung Hamas, yaitu mewujudkan Palestina merdeka dengan cara perlawanan. Rakyat Palestina tidak lagi tertarik dengan konsep yang diusung Fatah yaitu mewujudkan Palestina dengan cara berunding dengan rejim Zionis Israel.

"Hal ini bukan karena rakyat Palestina tidak mau berdialog atau tidak cinta damai, tapi karena watak rejim Zionis yang tidak pernah memberikan kesempatan bagi rakyat Palestina untuk merdeka dan hidup damai, " kata Syaikh Mahmud Shiyam saat beranjangsana ke kantor Eramuslim, Jumat (4/9) dalam rangkaian kunjungannya ke Indonesia atas undangan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP).

Menurut Syaikh yang pernah menjadi Direktur Universitas Ghaza dan menjadi imam serta khatib di Masjid al-Aqsha itu, taktik perjuangan Hamas dan Fatah sangat jauh berbeda. Fatah jarang mengirim delegasinya ke negara-negara Islam lainnya untuk menjelaskan kondisi Palestina yang sebenarnya. Padahal perjuangan diplomasi menurut Syaikh Mahmud Shiyam yang kini berusia 72 tahun, merupakan bagian dari jihad. Fatah pimpinan Mahmud Abbas, sambungnya, hanya bergantung pada perundingan-perundingan dengan Israel.

Lebih lanjut Syaikh Mahmud Shiyam mengungkapkan, rakyat Palestina cenderung memberikan dukungan pada perjuangan Hamas, karena Hamas lebih teguh memegang prinsip-prinsip Islam, sementara Fatah tidak terlalu mementingkan masalah-masalah keagamanan terutama nilai-nilai Islam. Kondisi ini, menurut Syaikh Mahmud Shiyam, karena latar belakang anggota Fatah, terutama para pimpinan puncaknya, yang berasal dari beragam ideologi.

"Fatah tidak selektif ketika merekrut anggota, tidak terlalu mempermasalahkan latar belakang ideologi yang dianut pada anggotanya, ada yang menganut paham sosialis, sekuler, bahkan komunis. Beda dengan Hamas yang ketat menyeleksi anggotanya yang harus memiliki ideologi keIslaman yang kuat, " tukas Syaikh Mahmud Shiyam. Ia menilai Presiden Palestina Mahmud Abbas juga sebagai orang yang "sekuler", dilihat kecenderungannya yang berorientasi pada Barat.

Meski demikian, kata Syaikh Shiyam, tidak semua orang yang berafiliasi pada Fatah tidak memiliki sikap perlawanan dalam membebaskan Palestina dari penjajahan rejim Zionis Israel. Ia mencontohkan sayap militer Fatah Brigade Martir al-Aqsha yang tetap melakukan perlawanan bersenjata pada Israel. Secara organisatoris, faksi pejuang Palestina ini memang masuk ke Fatah. Tapi di lapangan, sekitar 10. 000 anggota pasukan Brigade Martir al-Aqsha mengikuti konsep perjuangan Hamas melawan Zionis Israel.

Ditanya soal masa depan Palestina melihat kondisi pertentangan Fatah dan Hamas. Syaikh yang sore itu mengenakan gamis dan peci putih, dengan janggutnya yang juga sudah memutih itu mengaku tidak tahu pasti bagaimana nasib Palestina ke depan. Ia menyatakan, bukan kehendak Hamas jika Hamas sekarang menguasai Ghaza. Apa yang dilakukan Hamas adalah berusaha meredam kerusuhan yang kerap dilakukan oleh pasukan pengawal Presiden Abbas di Ghaza, yang tujuannya memang untuk melemahkan pemerintahan Hamas.

"Perkembangan politik berubah sangat cepat dan tak terduga. Sulit memprediksikan bagaimana masa depan Palestina, karena sulit dibayangkan bahwa ternyata masih ada segelintir rakyat Palestina yang berkhianat pada bangsanya sendiri. Dan jika ini berlanjut, Palestina akan mengalami tragedi kemanusiaan yang luar biasa, " tukasnya.

Namun, Syaikh Mahmud Shiyam yang kini tinggal di Yaman karena diusir oleh rejim Israel ini yakin akan firman Allah swt bahwa "Allah tidak suka pada orang-orang yang berbuat kerusakan. " (ln)