Syaikh Ali Jaber: Hikmah Dibalik Prancis Insya Allah Jutaan Orang Akan Bersyahadat

Syaikh Ali Jaber mengatakan, kalau kita betul-betul ingin membela Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, mari wujudkan dengan membangkitkan akhlak beliau. Yang terjadi di negeri kita Indonesia bukanlah krisis pemerintah, bukan krisis ekonomi, bukan krisis politik, tapi yang kita hadapi adalah krisis akhlak. Kita belum membiasakan diri dengan kejujuran. Nabi صلى الله عليه وسلم sebelum menjadi Rasul sudah dikenal dengan orang jujur dan amanah. Beliau menunjukkan akhlak rahmatan lil ‘alamin termasuk kepada orang-orang yang mencaci maki dan menghina beliau.

“Apa yang terjadi di Prancis bermula dari sakit hati terhadap kejayaan Islam. Mereka mendapatkan kehinaan dari seorang wanita yang diselamatkan dari negara Mali. Wanita itu bernama Maryam (berusia 75 tahun) disambut di bandara oleh Presiden Prancis dengan pesawat pribadi. Ketika bertemu Presiden Prancis, Maryam menyampaikan bahwa dirinya sudah memeluk Islam,” kata Syaikh Ali Jaber.

Dari sinilah awal mula sakit hati mereka terhadap kesuksesan Islam. Islam itu akan berjaya, Allah akan menolong agamanya sebagaimana Allah janjikan dalam Surah as-Shaf.

“Saya percaya dan yakin apa yang terjadi di Prancis ini, Insya Allah tidak lama lagi Allah akan hadirkan hikmah-hikmah dibalik kehinaan yang terjadi. Akan Allah hadirkan ribuan bahkan Insya Allah jutaan orang akan mengucapkan kalimat ‘Laailaha Illallah Muhammadur Rasulullah‘ dan akhlak yang mulia yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Dai bernama lengkap Ali Saleh Mohammed Ali Jaber Ali.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Yang paling dekat kepadaku pada Hari Kiamat adalah orang-orang yang paling mulia akhlaknya.”

“Kalau kita muhasabah diri, mohon maaf mungkin kita tidak sadar telah menyakiti diri kita. Mungkin kita tidak sadar telah menyakiti Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Kira-kira mana yang lebih parah? Menyakiti Rasulullah atau Prancis menyakiti kita?” ucap Syaikh Ali Jaber.

“Maka jamaah sekalian mari kita bersatu menanamkan kejujuran di antara kita, menjaga kebersamaan dan kebersatuan. Boleh ada beda pandangan, beda pendapat tapi kita harus belajar saling menghormati,” kata ulama yang pernah menjadi Juri Hafiz Indonesia itu. (sindonews)