Syaikh Aidh Al-Qarni, salah satu juru dakwah yang sudah masyhur namanya di kalangan Muslim dunia, mengeluarkan pernyataan yang melegakan. Setelah kurang lebih dua bulan ia mengisolir diri dari aktifitas dakwah, kini ia telah kembali melakukan aktifitas dakwahnya seperti semula.
Dalam untaian syair yang ia tulis di harian Al-Madinah, Saudi Arabia (21/1), penulis buku best seller “Laa Tahzan” (Don’t be Sad) itu mengungkapkan suara hatinya perihal kemundurannya dari dunia dakwah. Syair itu berjudul “Qaraar Al-Jamahiir”, atau keputusan publik. Di sana ia mengatakan, bahwa keputusannya untuk kembali ke dunia mendakwahkan masyarakat merupakan keputusan yang diambil karena termotifasi oleh dorongan kaum Muslimin, antara lain Walikota Riyadh dan Amir Salman bin Abdul Aziz. Ia juga mengatakan telah menerima permintaan yang banyak dari masyarakat agar ia kembali menerjuni dakwah Islam. Di antara tokoh yang secara khusus melayangkan surat kepada Aidh Al-Qarni adalah, Menteri Keamanan Nasional Saudi Amir Muhammad bin Naef, walikota Tabuk Amir Fahd bin Sultan, ketua Majlis As Syura Saudi Syaikh Shalih bin Hamid dan lainnya.
Menjawab anggapan dari sebagian orang bahwa Al-Qarni melakukan keputusan pengunduran diri dari dakwah dua bulan lalu sebagai upaya agar lebih terkenal, ia mengatakan, “Aku tidak perlu popularitas dan bukan agar aku lebih dikenal masyarakat lalu aku membuat keputusan seperti itu. Karena aku sendiri masih merasakan tidak enak dengan popularitas seperti ini.” Ia juga menjelaskan bahwa dalam syair pertama yang menjelaskan keinginannya untuk mundur dari dakwah, ada sebagian orang yang berburuk sangka kepada dirinya lalu menulis buku yang menjelaskan bahwa ia memutuskan pengunduran diri agar lebih terkenal. “Aku kira mereka telah berburuk sangka terhadap saudara mereka,” katanya.
Seperti diketahui, Al-Qarni pernah menuliskan sebuah syair yang juga dipublikasikan harian Al-Madinah berjudul “Al-Qaraar Al-Akhiir” (keputusan final), pada November 2005. Di sana ia menegaskan bahwa dirinya akan memfokuskan aktifitasnya di rumah dengan membaca, karena ia menerima banyak sekali tekanan dan tudingan yang ia terima dari sebagian tokoh Islam.
Syaikh Aidh Al-Qarni, menjadi buah bibir masyarakat Muslim dunia, setelah ia sukses menulis buku berjudul “Laa Tahzan” dan diterjemahkan ke 29 bahasa dunia. Buku itu, kemudian laris terjual hingga 120 ribu eksemplar. (na-str/iol)